Teknologi Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas setara dengan :

Tabel kesetaraan biogas dengan sumber bahan bakar lain

Bahan Bakar
Jumlah
Elpiji
0,46
Minyak tanah
0,62
Minyak Solar
0,52
Bensin
0,80
Gas Kota
1,50
Kayu Bakar
3,50 kg

Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.

Di negara Cina Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah tangga di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian. Kemudian di negara India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta rumah tangga menggunakan biogasReaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Dan yang terakhir negara Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah.

sumber : http://www.alpensteel.com/article/67-107-energi-bio-gas/263--teknologi-pembuatan-biogas-secara-sederhana

Pembuatan Pupuk Cair Plus Dari Urine



Oleh : Supriyadi
HP : 085272572011
Blog : supriyadi-teknologi.blogspot.com
FB : Supriyadi Prima Farm

Bahan :
1.       Urine 100 liter
2.       Air kelapa 30 liter
3.       Gula 1 kg
4.       Urea 1 kg
5.       Stardek 1 kg/ EM 4 1 liter

Cara pembuatan

1.       Campurkan 30 liter air kelapa + 1 kg gula + 1 liter EM4 atau stardek 1 kg
2.       Campurkan larutan no 1 dengan urine 100 liter
3.       Taburkan urea dalam larutan no 2
4.       Peram selama minimal 1 minggu
5.       Pupuk cair plus bisa digunakan

Cara penggunaan
1.       Dapat disemprotkan melalui daun dengan dosis 1-2 liter pupuk cair plus per 15 liter air/1 tangki semprot
2.       Dikocor dengan dosis 1-2 liter ditambah dengan 10-15 liter air. Dikocor ke akar sebanyak 200-240 cc atau 1 gelas untuk tanaman sayur (cabe, tomat dll)
3.       Untuk menghemat tenaga, bisa dilakukan bersama dengan waktu kocor NPK

Manfaat kompos
1.       Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
2.       Sebagai sumber hara makro dan mikro
  1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
  2. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
  3. Mengurangi polusi udara
  4. Meningkatkan kesuburan tanah,
  5. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
  6. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
  7. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen),
  8. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman,
  9. Mengurangi pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman,
  10. Meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah.

Pembuatan Kompos Dari Kotoran Sapi



Oleh : Supriyadi
HP : 085272572011  Blog : supriyadi-teknologi.blogspot.com FB : Supriyadi Prima Farm

Bahan
1.       Kotoran sapi 1 ton
2.       Abu/arang sekam 100 kg
3.       Dolomit 10 kg
4.       Stardek 2,5 kg
5.       Urea 2,5 kg
Tempat pengomposan
1.       Dibuat bangunan dengan tinggi minimal 2 meter
2.       Dibuat 4 bak setinggi minimal 1 meter
Bak 1


Bak 2



Bak 3

Bak 4
3.       Ukuran bak disesuaikan dengan rencana produksi kompos
4.       Bila tidak ada bangunan dapat ditutup dengan plastik hitam atau terpal untuk melindungi dari panas dan hujan
Cara pembuatan
1.       200 kg Kotoran sapi dihamparkan pada bak pengomposan setebal 20 cm
2.       Taburkan abu/arang sekam 20 kg
3.       Taburkan dolomit 2 kg
4.       Taburkan stardek 0,5 kg
5.       Taburkan urea 0,5 kg
6.       Ulangi no 1-5 sehingga terbentuk lima lapis atau sekitar 1 meter lebih tinggi tumpukan
7.       Tinggi tumpukan minimal 1 meter
8.       Kompos dibalik setiap minggu ke bak berikutnya. 3 kali pembalikan
9.       Setelah 1 bulan kompos sudah jadi dan dapat dikemas dan dijual
Ciri kompos jadi
1.       Warna berubah menjadi coklat kehitaman
2.       Suhu turun
3.       Bau khas kompos
4.       Tekstur remah
Manfaat kompos
1.       Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
2.       Sebagai sumber hara makro dan mikro
  1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
  2. Mengurangi volume/ukuran limbah,
  3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
  4. Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah atau sampah,
  5. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan sampah.
  6. Meningkatkan kesuburan tanah,
  7. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
  8. Meningkatkan kapasitas serap air tanah,
  9. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
  10. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen),
  11. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman,
  12. Mengurangi pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman,
  13. Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah.