Memakmurkan Bumi, Mulai Dari Yang Kita Bisa

Oleh : Muhaimin Iqbal
Bila di tulisan sebelumnya saya menulis tentang krisis yang begitu nyata berserta garis besar solusinya, maka tulisan ini akan membahas secara detil bagaimana solusi itu bekerja mengikuti petunjukNya. Bahkan lebih dari itu, bumi ini insyaAllah bisa terus bertambah makmur – bila hal yang diperintahkan ke kita bersamaan dengan perintah menyembah dan mengesakanNya  yaitu memakmurkan bumiNya (QS 11:61) – sungguh-sungguh kita laksanakan. InsyaAllah kita semua bisa terlibat langsung dalam melakukannya. 

Bahwa petunjuk Al-Qur’an itu detil dan jelas, ini antara lain ditunjukkan dengan sejumlah ayat di surat yang berbeda-beda yang saling menguatkan dan menjadi penjelas satu sama lainnya – kita temukan rangkaian ayat-ayat ini misalnya dalam ayat-ayat yang terkait dengan perintah untuk memakmurkan bumi tersebut di atas.

Untuk menjelaskan konvergensi ayat-ayat kemakmuran tersebut, bahkan bisa saya visualisasikan dalam ilustrasi tiga dimensi untuk menggambarkan sepotong bumi yang makmur. Untuk bisa kita lihat bersama dengan jelas, seandainya bumi yang makmur itu seperti bulatnya buah semangka – maka gambar dibawah adalah irisannya untuk 1/8 dari semangka tersebut.

Saya gunakan irisan ‘semangka’ ini untuk melihat proses pemakmuran yang terjadi di permukaan bumi dan didalamnya ( di bawah tanah) seperti yang dijelaskan di sejumlah ayat dalam berbagai surat.


Dalam hal kemakmuran bumi misalnya surat Yaasiin bercerita tentang bagaimana bumi yang mati (no 1 di gambar) dihidupkan dengan biji-bijian (QS 36 : 33), kemudian ayat 34-nya bercerita tentang kurma (2), anggur (3) dan mata air (4). Maka dua ayat ini bercerita suatu proses dari bumi yang mati sampai menjadi bumi yang subur dengan mata air yang memancar.

Bagaimana proses detilnya kok bisa demikian ? Setelah ditanami biji-bijian, dengan bantuan mikroba yang berkoloni pada perakarannya -  tanaman biji-bijian ini bisa langsung menyerap Nitrogen (N2) di udara dan mengubahnya untuk menjadi Nitrogen yang siap konsumsi oleh tanaman (NH3 kemudian NH4). Bumi yang mati, kini telah mulai hidup dengan unsur utama yang diperlukannya – yaitu Nitrogen.

Bersamaan dengan hadirnya Nitrogen tersebut, permukaan tanah akan tertutup oleh daun dari tanaman biji-bijian ini sehingga mencegah penguapan dari air hujan yang jatuh di permukaan tersebut serta menurunkan suhu permukaannya.

Dengan modal inilah maka kemudian tanah bisa ditanami oleh tanaman-tanaman berikutnya khususnya kurma dan anggur seperti di QS 36 ayat 34 tersebut. Perakaran kurma yang rapat dan dalam – bisa sampai 10 meter, membantu menahan air di dalam tanah.

Air yang tertahan ini terus merembas ke bawah dan dalam waktu yang lama akan menaikkan permukaan air tanah (water table). Water table ini adalah kodisi dimana permukaan air di dalam tanah memiliki tekanan 0 atm. Water table yang terus terisi akan naik mendekati permukaan tanah, maka bila ketemu bagian tanah yang posisinya sama atau lebih rendah dari water table ini – disitulah air akan memancar sebagai mata air (posisi no 4 dalam gambar).

Setelah ada mata air, maka lebih luas lagi opsi tanaman yang bisa kita tanam. Lahan berupa sawah ladang untuk menanam padi-padian-pun mulai terbentuk, maka di ayat berikutnya (QS 36 : 35) disebutkan bahwa kita bisa makan dari hasil usaha tangan kita – yaitu hasil bercocok tanam jenis padi-padian.

Komposisi kebun yang terdiri dari kurma, anggur dan kemudian sungai-sungai yang mengalir dibawahnya ini juga diungkapkan oleh Allah di Surat Al-Baqarah ayat 266. Senada dengan ini juga di surat Al-Kahfi (QS 18 : 32-33). Bila ilustrasi 1/8 semangka tersebut saya gandakan menjadi ¼ semangka – yaitu sisi kirinya yang sama persis seperti cermin dari gambar yang ada di kanan -  maka akan menjadi ilustrasi seperti di bawah.


Kebun Al-Kahfi


Dengan ilustrasi yang baru ini, Anda akan jauh lebih mudah memahami dua kebun yang dijelaskan dalam dua ayat di surat Al-kahfi berikut.

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.

Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu” (QS 18 : 32-33)

Prinsip dua kebun yang mengindikasikan kemakmuran dan kebaikan sebuah negeri ini juga diceritakan oleh Allah dalam kasus kaum Saba : “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS 34 : 15)

Adapun disandingkannya kebun kurma dan anggur – yang disebut secara khusus oleh Allah di surat 13 : 4 bahwa diantara tanaman-tanaman itu ada yang berdampingan dan ada yang diunggulkan – pasti mengandung hikmah yang luar biasa dan hingga kini belum sepenuhnya bisa diungkapkan oleh ilmu pengetahuan pertanian yang paling modern sekalipun.

Karena bukan hanya di ayat ini kurma dan anggur disandingkan dalam penyebutannya, tetapi juga di sembilan ayat di surat-surat yang berbeda lainnya. Jadi totalnya ada sepuluh ayat dimana kurma dan anggur disebut secara berurutan, yaitu QS 13:4 ;  2 : 266;  6: 99;  13:4;  16:11; 16:67 ; 17:91; 18:32;  23:19 dan QS 36 :34.

Yang jelas kurma adalah tanaman yang bernilai tinggi dan demikian pula anggur, maka ketika keduanya berada dalam satu kebun – pastilah kebun itu memiliki hasil yang sangat tinggi – maka  keduanya juga disebutkan Allah sebagai rezeki yang baik (QS 16 :67).

Bila kebun kurma dan anggur inipun belum memberikan hasil yang maksimal, Allah turunkan resep berikutnya agar tanaman-tanaman ini berbuah banyak dan juga buah-buahan lainnya. Resep itu adalah menggembala sebagai mana ayat berikut :

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16:10-11)

Jadi tempat menggembala terbaik-pun (no 10 di gambar) ternyata juga terkait dengan pohon kurma, anggur dan berbagai buah-buahan lainnya. Penggembalaan terbaik bukan di negeri-negeri padang rumput tempat dari mana kita mengimpor daging dan susu selama ini !, tetapi bisa jdi di negeri ini bila kita  bisa bener-bener melaksanakan petunjukNya.

Bila ini kita lakukan, maka berlakulah janji Allah bahwa sumber-sumber makanan itu akan datang dari atas kita dan dari bawah kaki kita (QS 5:66), dan demikian pula keberkahannya akan datang dari langit dan dari bumi (QS 7 : 96). 

Kemudian keberadaan mata air dan juga sungai sebagai salah satu indikator  kemakmuran juga disebutkan di sejumlah ayat-ayat yang sangat banyak, tetapi bagaimana kita bisa berbuat untuk berkontribusi dalam hadirnya mata air-mata air dan sungai-sungai ini ? Dengan menanam pohon dan khususnya kurma !.

Selain disebutkan secara khusus bahwa tanaman kurma ini memancarkan mata air (QS 36:34) dan mengalirkan anak sungai (QS 19 : 23-24) , hadits perintah menanam pohon sampai kiamat – itu juga khususnya untuk pohon kurma, meskipun tidak salah kalau kita menanam pohon lainnya juga. Yang jelas salah adalah bila kita tidak menaman pohon dan bahkan cenderung menebangnya saja !

Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon kurma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad]

Apa yang terjadi di dalam tanah ketika kita menanam pohon kurma  di tanah yang kering sekalipun ?

Tanah yang kering adalah tanah yang tidak ada mata airnya, permukaan air tanah atau water table-nya (no 9) ada tetapi posisinya sangat dalam. Molekul-molekul air bisa jadi masih ada di zone tidak jenuh (no 7 pada  pada gambar di atas) – tetapi jumlahnya yang tidak memadai untuk diambil sebagai air untuk kebutuhan manusia dan ternak. Hanya system perakaran tanaman – khususnya kurma – yang masih bisa memanfaatkan air yang sangat sedikit ini.

Ketika air hujan turun dan ditahan di perakaran kurma ini, air merembes terus kebawah sampai kepada zona jenuh (no 8). Seperti tetesan-tetesan air hujan yang jatuh ke kolam, maka dia tidak terus bergerak kebawah lagi – perlahan-lahan dia mengangkat permukaan kolam – yang dalam hal ini adalah mengangkat permukaan water table.

Ketika proses ini berjalan terus, maka saatnya nanti akan tiba – dimana permukaan water table akan sampai di permukaan tanah – dan saat itulah mata air muncul.

Meskipun hanya Allah-lah yang bisa menyimpan air ini, kita sebagai khalifahNya diperintahkan untuk memakmurkan bumi antara lain melalui  penanaman pohon ini, karena dari pohon-pohon yang kita tanam tersebutlah air disimpan di dalam tanah dan dikeluarkanNya dalam bentuk terbaiknya yaitu mata air-mata air.

Sebagaimana air adalah sumber segala kehidupan, maka menanam pohon adalah bentuk konkrit keterlibatan manusia untuk bisa ikut melestarikan kehidupan di bumi ini. Sebaliknya menebang pohon tanpa diikuti penanaman kembali, menyedot air secara berlebihan dari dalam tanah tanpa upaya untuk ikut mengembalikannya lagi – adalah mengancam ketersediaan air bersih di bumi ini yang berarti juga mengancam kehidupan itu sendiri.

Bila Anda tergerak untuk ikut menanam pohon khususnya pohon kurma ini, Anda bisa lakukan di manapun di tanah yang boleh Anda tanami. Cara membibitkan kurma-kurma tersebut telah saya tulis lebih dari satu setengah tahun lalu dalam tulisan  Mencari Kebahagiaan Dengan Membibit Kurma Sendiri.

Bila Anda ingin lebih dari itu, pohon kurma yang Anda tanam ingin yang sudah jelas jenis kelaminnya – sehingga berpeluang lebih tinggi untuk berbuah – insyaAllah komunitas pembaca situs ini sekali lagi sedang dalam proses mengimpor bibit-bibit kurma yang sudah teridentifikasi jenis kelaminnya. Anda-pun sudah bisa indent untuk bergabung dari sekarang.

Dengan petunjuk yang begitu jelas, juga konsekwensi dari perbuatan kita saat ini yang begitu penting untuk kelestarian kehidupan di bumi ini selanjutnya – maka mudah-mudahan kita dimudahkanNya agar kaki ini ringan untuk melangkah, untuk mulai berbuat yang kita bisa. InsyaAllah.
Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1487-memakmurkan-bumi-mulai-dari-yang-kita-bisa

Memakmurkan Bumi Memanjangkan Usia dan Memperbanyak Pahala

Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya. Maka mohonlah ampunan dan bertaubatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Dekat dan Memenuhi segala permintaan”. (Hud: 61)
Ayat ini oleh Imam Al-Alusi dijadikan dalil akan kewajiban memakmurkan bumi sesuai dengan kemampuan dan perang setiap orang yang beriman. Karena memang Allah swt telah menjadikan bumi ini dapat dan layak untuk dimakmurkan dan dijadikan manusia yang menghuninya juga mampu untuk memakmurkannya. Karenanya, menurut Ibnu Asyur, maksud dari kata ‘isti’mar’ yang sinonim dengan I’mar’ adalah aktifitas meramaikan bumi dengan penataan bangunan dan pelestarian lingkungan dengan menanam pohon dan bercocok tanam sehingga semakin panjang usia kehidupan bumi ini dengan seluruh penghuninya.
Pemahaman yang senada dikemukakan oleh Imam Zamakhsyari dalam kitab tafsir Al-Kasyaf.  Secara aplikatif, beliau mengabadikan kisah tentang raja-raja Parsi. Dikisahkan bahwa raja-raja yang memerintah Parsi sepanjang pemerintahan mereka banyak membuat sungai dan menanam pohon sehingga mereka diberi kesempatan hidup lama oleh Allah swt seperti yang ditunjukkan oleh akar kata Isti’mar atau I’mar yaitu Al-‘Umr yang berarti usia. Ketika salah seorang nabi bertanya kepada Allah tentang fenomena tersebut: “Kenapa Engkau berbuat demikian kepada mereka? (dengan memperpanjang usia mereka)”. Allah menjawab: “Mereka telah menghidupkan bumiKu (dengan memakmurkannya) sehingga hamba-hambaKu dapat hidup dengan baik di atasnya”.
Ternyata usaha memakmurkan bumi dengan segala makna yang terkandung di dalamnya merupakan sarana untuk memperpanjang usia kehidupan manusia seiring dengan diperpanjangnya usia bumi dengan aktifitas imarahnya yang berkesinambungan. Namun memang pada realitasnya, usaha memelihara, mempertahankan, meningkatkan kemakmuran bumi dengan segala aktifitasnya seringkali diabaikan, bahkan cenderung tidak mendapat perhatian yang serius. Akhirnya banyak harta kekayaan milik bangsa ini yang dihamburkan dengan semena-mena dan kita selaku pemilik bersama bumi ini secara kolektif tidak pernah menghiraukannya, mempertanyakan, meminta pertanggung jawaban, maupun menghalangi perilaku kontra imarah tersebut. Sehingga semua harus menanggung akibat dari perilaku segelintir orang terhadap bumi ini.
Memang secara konseptual, ayat di atas berbicara tentang peran ketiga manusia yaitu peran Imarah dalam arti mengelola dan memakmurkan bumi untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama yang tidak kalah pentingnya dengan dua peran inti lainnya. Karenanya, peran ketiga ini sangat terikat dan melekat secara sinergis dengan dua peran lainnya; peran ubudiyah seperti yang tersirat di surat Adz-Dzariyat: 56, serta peran khilafah yang diantaranya ditunjukkan oleh surat Al-Baqarah: 30. Bahkan peran Imarah merupakan bentuk nyata dari aplikasi peran Ubudiyah dan Khilafah yang tidak dapat dipisahkan. Justru hasil dan nilai dari amaliah ibadah dan khilafah ada pada aktifitas memakmurkan bumi Allah swt.
Ayat lain yang berbicara tentang Imarah adalah surat Ar-Rum: 9: “Dan tidaklah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul). Mereka itu lebih kuat dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya melebihi dari apa yang telah mereka makmurkan”.  Allah swt menggambarkan melalui ayat ini tentang kaum terdahulu sebelum umat nabi Muhammad saw yang dipanjangkan usianya oleh Allah dengan kekuatan fisik dan banyaknya aktifitas Imarah yang mereka lakukan. Tidak ada yang menandingi kekuatan fisik dan aktifitas imarah mereka. Namun sangat disayangkan mereka kemudian dibinasakan oleh Allah karena mendustakan karunia nikmat Allah tersebut dan mendustakan para Rasul. Demikian aktifitas imarah yang mereka upayakan turut menambah usia dan kemakmuran mereka, jika mereka tidak mendustakan Allah dan para RasulNya.
Dan ternyata secara aplikatif, perhatian Rasulullah terhadap upaya memelihara kesinambungan kehidupan dengan program ketahanan pangannya sungguh sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan perintah dan anjurannya untuk bercocok tanam memenuhi hajat manusia. Bahkan diantara amal yang masih dianjurkan sebelum hari kiamat adalah menanam biji tumbuh-tumbuhan. Dan seseorang dapat melindungi dirinya dari sentuhan api neraka hanya dengan sebiji kurma sekalipun: “Cegahlah dirimu dari neraka, meskipun dengan dengan sebiji kurma”. (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan pahala dan kebaikan siapapun yang menjaga kesinambungan pangan dengan aktifitas bercocok tanam misalnya:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim itu menanam tanaman kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, atau orang lain atau hewan sekalipun melainkan akan menjadi pahala sedekah untuknya”.
Bahkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah ditambahkan sekiranya tanaman itu dicuri oleh seseorang tetap akan menjadi pahala sedekah untuk orang yang menanamnya. Sahabat Mu’awiyah ra turut mencontohkan aktifitas imarah ini dengan banyak menanam pohon di akhir hayatnya. Ketika ditanya alasan ia berbuat demikian, ia melantunkan bait syair:
لَيْسَ الفَتَى بِفتَي لاَيسْتَضَاءُ بِه  وَلاَ تَكُونُ لَهُ في الأَرْضِ آثَارُ
“Bukanlah seorang pemuda itu yang tidak memiliki sesuatu yang dapat menaunginya kelak. Bukan pula seseorang yang tidak memiliki peninggalan di bumi ini (sepeninggalnya)”.
Demikian sikap moral yang ditunjukkan oleh generasi terdahulu. Mereka berlomba-lomba menanam dan memberi peninggalan yang terbaik untuk kemaslahatan generasi berikutnya. Semboyan mereka yang seharusnya diteladani oleh kita adalah: “orang-orang sebelum kita telah banyak menanam untuk kita makan. Maka kita juga menanam agar dapat dimakan oleh orang-orang setelah kita.
قد غرس من قبلنا فأكلنا ونغرس نحن ليأكل من بعدنا
Sungguh sangat kontradiktif dengan realitas kita sekarang yang justru berlomba-lomba untuk mengeruk hasil bumi untuk memperkaya diri sendiri dengan mengabaikan sisi kelestarian, ketahanan dan kemakmuran bumi. Akibatnya, banyak bencana alam yang terjadi yang justru akan mengurangi dan memperpendek usia kehidupan manusia karena pendeknya usia bumi yang dihuninya akibat kerusakan yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia sendiri yang tidak bertanggung jawab.
Maka benteng yang kokoh untuk berjalannya aktifitas imarah dalam segala bentuknya adalah amanah. Agar program imarah untuk kemaslahatan bersama dapat berjalan dengan baik, setiap orang dituntut untuk memahami prinsip amanah berupa sesuatu yang harus dipelihara dan dipertahankan keberadaannya, serta sedapat mungkin dikembangkan dan diberdayakan untuk masa depan kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks ini, surat An-Nisa’: 58 merupakan panduan yang jelas karena secara redaksional menggunakan redaksi yang menunjukkan penekanan dan penegasan: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian semua agar menyampaikan amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya)”. Tidak dengan redaksi: “Sesungguhnya Aku” atau perintah langsung misalnya: “Sampaikanlah amanah kepada pemiliknya!” dan sebagainya. Dengan menampilkan lafadz “Allah” dalam ayat tersebut yang tidak digantikan dengan dhamir jelas terkandung makna ketegasan dan penekanan dalam perintahNya.
Syekh Shalih Al-‘Utsaimin ketika menafsirkan ayat ini membagikan jenis amanah yang harus ditunaikan kepada dua bentuk, yaitu amanah yang terkait dengan hak-hak Allah swt dan amanah yang terkait dengan hak-hak manusia. Justru yang seringkali terabaikan adalah jenis amanah kedua, yaitu amanah yang berhubungan dengan hak-hak anak Adam, terutama dalam konteks ‘Al-Amanah Al-Maliyah’ termasuk di dalamnya memelihara kelestarian dan ketahanan bumi sebagai harta yang tidak ternilai harganya.
Sudah saatnya umat Islam, terutama insan-insan pesantren lebih menonjolkan peran Imarah yang akan dirasakan hasilnya oleh seluruh manusia, bahkan makhluk Allah seluruhnya. Peran ubudiyah yang terus dijalankan seyogyanya akan memperkuat peran khilafah yang selanjutnya akan meningkatkan kontribusi dan peran Imarah dalam bentuk yang ril untuk kemaslahatan bersama. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang banyak? Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada sesama manusia”. (H.R. Bukhari)



Peternakan Kambing Perah di Kabupaten Solok Sumatera Barat

Kambing salah satu ternak yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Ini bukan sebuah kebetulan karena Al-Qur'an adalah mukjizat. Bila kita kaji secara ilmiah kambing memiliki keunggulan dibanding dengan hewan lainnya. Kambing dapat dikawinkan pada umur 7 bulan, masa bunting 148 hari beranak 1-3 ekor per kelahiran. Bila dibandingkan dengan sapi, reproduksi kambing lebih cepat. Kambing dapat berkembang lebih cepat dari pada sapi dan kerbau.

Permintaan kambing untuk kurban dan aqiqah serta rumah makan juga makin meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya angka kelahiran dan meningkatnya kesadaran agama masyarakat muslim. Selain kambing hidup dan daging, susu kambing juga banyak diminati konsumen.

Di Kabupaten Solok susu kambing mulai diperkenalkan sejak 2013. Sekarang alhamdulillah permintaan susu sudah semakin banyak. Susu kambing dikenal karena khasiatnya untuk membantu penyembuhan beberapa penyakit. Dari pengalaman menjual susu kambing, beberapa konsumen penderita asma, sesak nafas, TBC dan sariawan pada bayi terbukti cocok setelah meminum susu kambing

Penulis merintis usaha peternakan kambing mulai tahun 2012 hingga sekarang. Awalnya kambing yang dibudidayakan jenis kambing PE, kacang dan jawa randu. Dengan meningkatnya permintaan susu kambing penulis mendatangkan kambing saanen dan sapera kambing khusus perah dari Jawa. Alhamdulillah bulan Januari 2018 sudah mulai melahirkan dan sudah mulai menghasilkan susu. Selain susu segar penulis juga menjual susu bubuk produksi teman peternak dari Jogjakarta. Harga susu beku Rp. 15.000,- per bungkus dan susu kambing bubuk Rp. 25.000,-

Bagi teman teman yang ingin berkunjung silahkan mampir di peternakan kambing kami di depan kantor BPTP Sumatera Barat, Jl Padang- Solok km 40, Sukarami, Kec Gunung Talang Kab. Solok, Sumatera Barat HP/WA 085272572011

Peternakan Kelinci Kabupaten Solok

Kelinci hewan lucu ini ternyata juga memiliki prospek bagus untuk diusahakan. Di Solok, kelinci sudah dikembangkan di beberapa tempat antara lain di kecamatan Lembang Jaya, Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Gunung Talang.

Kelinci sangat cepat berproduksi, pada umur 5-6 bulan sudah bisa dikawinkan, bunting selama sebulan. Satu induk bisa menghasilkan anak kelinci 4-12 ekor per kelahiran, rata-rata 4-6 ekor per kelahiran. Dalam setahun biasanya kelinci dapat beranak 4-6 kali beranak. Setelah anak umur sebulan induk kembali dikawinkan. Biasanya peternak langsung menjual anak kelinci umur sebulan.

Produksi kelinci dari Kabupaten Solok dipasarkan di Solok, Padang, Bukit Tinggi juga diluar Propinsi Sumatera Barat. Harga kelinci umur sebulan dipasarkan dengan harga Rp. 35.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- rupiah per ekor tergantung jenisnya. Harga induk Rp 100.000,- Rp 600.000,- tergantung jenisnya.

Memelihara 25 ekor kelinci bila dikelola dengan baik bisa menghasilkan setara dengan gaji UMR Kabupaten. Cukup menarik bukan.