Dari Pengembala Kambing Menuju Pemimpin Umat

"Semua Nabi pernah mengembala kambing"
Apasih hebatnya pengembala kambing. Kalau kita menganggap beternak kambing hanya masalah membeli kambing, buat kandang, ngasih makan dan membersihkan kandang, kita akan gagal beternak kambing.
Pengembala kambing tahu suara mbeeek dari kambingnya punya banyak arti; lapar, kejepit, sakit, takut atau minta kawin, melahirkan, anak baru lahir, betina atau jantan. jadi kambing tidak perlu demo, bawa spanduk, buat grup wa, japri atau twit. Cukup mbeek maka pengembala tahu apa maunya kambingnya dan apa yang harus dilaksanakan.
Pengembala juga tahu kondisi kambingnya dari melihatnya. Melihat matanya, bulunya, cara jalannya dan tubuhnya. Apakah kambingnya sehat, kurang makan, minta kawin, sudah bunting, sakit. Tidak perlu tes darah, tidak perlu tanya sama kambing lagi sakit apa, mau makan atau tidak, dimana sakitnya, bisa tidur atau tidak? Emangnya kambing bisa di tanyaiin? Mbeeek. Jadi tidak perlu demo sekampung atau se Monas, eh Sekandang ya
Pengembala kambing juga tahu kondisi kambingnya dari baunya walaupun mereka semua tidak pada mandi. Ketika masuk kandang maka pengembala tahu kondisi kambingnya.
Jadi Ingat Shiroh Nabawiyah
Rosulullah Muhammad Saw begitu peka pada kondisi umatnya dari melihat, mendengar dan merasakan dari bahasa bahkan aroma, bahkan tanpa umatnya mengatakannya. Bahkan begitu peduli pada umat yang ditinggalkannya, yang belum bertemu dengannya.
Rosulullah tahu istrinya sedang senang atau marah dari bahasanya.
"Kalau kamu sedang senang kamu katakan "demi Tuhan Muhammad" ketika kamu sedang marah kamu katakan "demi Tuhan Ibrahim"
Rosulullah tahu keinginan istrinya hanya dari aroma istrinya, ini lebih tinggi lagi dari bahasa tubuh. Mau kisahnya? baca shiroh ikuti kajian shiroh
Kalau sudah cerita panjang lebar kali tinggi, bahkan sudah marah-marah ngalor ngidul ngetan ngulon, dan masih bertanya maksudmu apa sih?
Mohon dimaafkan bila belum peka karena masih belajar bagaimana dari Rosulullah bagaimana menjadi pemimpin dan suami yang baik