Memakmurkan Bumi Dimulai Dari Rumah Kita

Kita diperintahkan oleh Allah Yang Maha Esa untuk memakmurkan bumi dan melarang membuat kerusakan di bumi. Memakmurkan bumi bisa dilakukan dengan menanamnya dengan tanaman pangan dan pakan. Tanaman yang menghasilkan buah dan biji yang bisa dimakan oleh manusia atau binatang ternak yang kita pelihara.


Dengan menanam tanaman pangan dan pakan kita bisa memakmurkan bumi, sekaligus memakmurkan diri, masyarakat bangsa dan negara. Menanam dapat menjamin kecukupan pangan keluarga bahkan swasembada pangan negara. Selain itu menanam juga melestarikan bumi, memproduksi oksigen ada yang bilang sedekah oksigen, menyerap air hujan, mencegah banjir, memberi naungan yang menyejukkan dll.
Memakmurkan bumi bisa dimulai dari sekeliling rumah kita. Lihatlah sekeliling rumah kita, adakah sejengkal tanah yang bisa ditanami. Jangan biarkan anugerah tanah disia-siakan tanpa ditanami. Menanamnya salah satu bentuk syukur atas nikmat Allah berupa bumi ini.

Menanam itu bisa mudah dan murah. Kadang menanam dipikirkan sebagai pekerjaan yang susah dan mahal. Padahal kita bisa mulai menanam dengan mudah dan murah. Kita bisa menanam dari biji buah yang kita makan, misalnya mangga, pepaya, lengkeng, jambu, nanas, apel, anggur, sawo dll. Kalau ingin hasil yang lebih baik kita bisa menempel atau menyambungnya dengan varietas unggul dan genjah. 
Menanam sayur bisa dari bagian batang dan akar yang tidak dimakan misalnya bayam, ubi dan kangkung. Kita bisa menanamnya langsung ditanam atau dipolibag dahulu. Kalau tidak ada polibag bisa pakai bekas minuman atau plastik bekas. Bila sudah banyak dan tidak ada tempat lagi bisa kita jual atau infakkan
Bagi yang pekarangannya luas bisa beternak ayam, itik, entok, kambing, domba atau sapi. Ternak bisa jadi tambahan penghasilan dan sumber pupuk, modal untuk memakmurkan bumi. Paduan tanaman dan ternak yang terintegrasi dapat mewujudkan ketahanan pangan keluarga, baik dari pangan nabati dan hewani.
Bila setiap rumah kita sudah dimaksudkan, semoga negeri kita menjadi negeri yang baik baldatun thoyyibah. Yang mempunyai jannatain dua kebun dikanan dan kirinya seperti Negeri Saba' yang diberkahi. (lihat QS.Saba': 15)
Penduduk Negeri Saba' makmur. Mereka memanen buah dengan mudah hanya dengan meletakkan wadah diatas kepala dan berjalan dibawah pohon buah, buahnya berjatuhan dan memenuhi wadahnya. Bahkan kalau ada orang berkutu masuk Negeri Saba' maka kutunya rontok. Sungguh begitu indah dan nikmatnya. 
Hindari menanam tanaman yang tidak bisa dimakan dan berduri. Karena itu ciri negeri yang dimurkai seperti Negeri Saba' yang tidak bersyukur, kebunnya dimusnahkan diganti dengan kebun yang ditumbuhi tanaman yang buahnya pahit berduri atsl dan sidr (lihat QS.Saba' :16).
Semoga kita termasuk golongan orang yang bersyukur. Semoga Allah pencipta langit dan bumi menjadikan negeri kita negeri yang baik baldatun thoyyibah. Semoga Allah memberikan karunia pemimpin yang sholeh dan adil
Aamiin.

Mulsa Organik Dari Sampah Kandang Kambing. Seri Integrasi Kambing dan Buah Buahan

Sahabat petani, peternak dimana saja kali ini saya ingin berbagi tentang bagian integrasi kambing dan buah-buahan. Simak yuk

Tanaman buah buahan membutuhkan mulsa penutup tanah. Mulsa berguna untuk menghambat pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban dan mengurangi penguapan serta memperlambat kekeringan. Biasanya petani menggunakan plastik musa untuk budidaya tanaman.

Kali ini kita kita akan membahas tentang mulsa organik dari sampah kandang kambing. Pada peternakan kambing akan selalu ada sampah berupa sisa pakan yang tidak dimakan maupun yang jatuh dilantai dan tidak dimakan kambing. Biasanya peternak membersihkannya, mengumpulkannya. Setelah dikumpulkan biasanya peternak membakarnya atau menjadikannya bahan membuat asap. Kata sebagian peternak asap ini berfungsi untuk mengusir nyamuk. Menurut pengalaman dan pengamatan saya asap ini juga tidak efektif mengusir nyamuk, mrutu dan lalat. Selain itu asap ini juga membuat mata pedih, pernafasan terganggu dan menjadikan kandang menjadi hitam. Bila dekat dengan pemukiman asap ini juga akan bermasalah. Membakar ini juga menambah biaya dan tenaga tersendiri.

Ada cara yang lebih baik untuk pemanfaatan sampah kandang ini yaitu dengan menjadikannya mulsa tanaman. Mulsa dari sampah kandang ini memiliki beberapa kelebihan antara lain :

  1. Dapat menutup tanah dan menghambat pertumbuhan gulma disekitar tanaman
  2. Walaupun menutup tanah tetapi air hujan masih tetap bisa masuk sehingga kebutuhan air terpenuhi berbeda dengan mulsa plastik
  3. Kelembaban lebih terjaga, penguapan berkurang
  4. Memperlambat keringnya tanah
  5. Mengurangi panas ketika siang hari
  6. Mennyuburkan, selain sisa pakan biasanya sampah kandang juga bercampur kotoran kambing. Setelah beberapa bulan mulsa ini mengalami pelapukan dan menjadi pupuk organik bagi tanaman
  7. Memperbanyak cacing hewan renik dan mikroba dalam tanah. Mulsa ini bisa jadi media dan makannan bagi cacing, hewan renik dan mikroba dalam tanah. Aktifitas mereka menjadikan tanah makin subur. 
  8. Hemat biaya dalam membersihkan, membakar sampah, mengurangi polusi udara dan menghemat biaya budidaya terutama beli mulsa.
Aplikasi teknnologi mulsa organik ini sangat mudah. tinggal membawa sampah kandang dan meletakkannya disekeliling tanaman buah  seperti pisang, alpukat dll. Bisa langsung dipakai tanpa pengomposan terlebih dahulu. Pemakaian mulsa organik ini mengundang jasad reni, cacing, mikroba dll menjadikan tanah semakin subur.

Sekian dulu ya sahabat peternak kambing dan petani dimana saja berada. Selamat mencoba, semoga  bermanfaat 

Ganti Varietas Untuk Masa Depan Lebih Baik

Buah-buahan adalah anugrah dari Allah yang harus kita syukuri. Selain didunia, Buah-buahan juga menjadi anugrah bagi penghuni surga. Semoga kita termasuk gololongan para hamba yang dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam syurga-NYa, aamiin.
Mengganti varietas buah alpukat yang kurang enak dan harga murah menjadi varietas yang enak dan harganya mahal. Caranya adalah dengan sambung pucuk seperti contoh foto ini. Tunas air yang tumbuh dari bawah disambung pucuk dengan varietas unggul, rasa enak dan harga mahal. Kita bisa menggunakan varietas alpukat miki, pluang, hawai, wina, hijau panjang dll. Batang utama dibiarkan berproduksi agar masih ada penghasilan selam menunggu sambungan berproduksi. Setelah sambungn berhasil dan berbuah batang utama bisa ditebang.
Dengan menanam buah unggul, rasanya enak, harganya mahal, kita bisa meninggalkan pada generasi yang akan datang kehidupan yang lebih baik. Generasi Sholeh Tanpa hutang, sejahtera, memiliki "Jannatain" dua buah kebun dikiri dan kanan mereka, menjadikan negeri meraka negeri yang baik "Baldatun Toyibah" seperti contoh Negeri Saba' dalam Alqur'an (QS Saba:15) aamiin

Tumpang Sari Solusi Ekonomi Untuk Petani

Rata rata petani hanya memiliki 1400 m2 atau sekotak di kampungku, biasa mereka menanam padi, jagung, kedelai, biasa disingkat pajale. Secara hitungan diatas kertas sudah sulit untuk dapat hasil yang cukup. Pantas saja apapun program yang diluncurkan pemerintah sulit menaikkan ekonomi petani. Gema palagung, upsus pajale, LTT, BLT benih, saprodi, alsintan dll.

Trus aku kudu piye? Solusine opo? Ojo omong wae?

Pertanyaan ini membuat saya lebih giat belajar terus pada teman, senior, petani dunia nyata dan maya, dalam dan luar negeri.

Alhamdulillah mulai ada jawaban. Dari sekian banyak literatur, saya menemukan jawaban dalam Alqur'an. Ya di Alqur'an, kitab suci umat Islam. Petunjuk bagi orang yang beriman. Literatur yang jarang bahkan tak pernah disebut dalam skripsi, tesis, karya ilmiah pertanian peternakan.

Tumpangsari ternyata ada dalam Alqur'an. Ada beberapa ayat yang menyebutkan beberapa tanaman yang disebutkan dalam satu ayat. Bahkan ada kisah kebun tumpangsari anggur dan kurma. Kebun anggur yang dikelilingi kurma.

Tidak sembarang tumpang sari.
Alqur'an memilih berapa tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi. Buah buahan paling banyak disebut dalam Alqur'an hanya beberapa yang menyebutkan tentang biji bijian. Bahkan buah buahan ada di surga. Ini memberi petunjuk bagi kita tentang pilihan komoditi tumpang sari.

Kembali ke padi jagung kedelai (pajale)

Pilihan Komoditi Untuk Memakmurkan Bumi.

Pemilihan komoditi menjadi penentu keberhasilan dalam memakmurkan bumi. Alqur'an menyebutkan beberapa komoditi pertanian yang bisa jadi petunjuk dalam memilih komoditi dalam memakmurkan bumi.

Pilih komoditi dengan nilai tinggi.

Buah buahan paling banyak disebut dalam Alqur'an. Kurma, zaitun, anggur, tin, pisang, dll disebutkan khusus dalam Alqur'an. Komoditi yang disebut dalam Alqur'an memiliki nilai tinggi. Bila kita bandingkan dengan padi maka nilai jualnya jauh lebih tinggi. Hal ini bisa kita jadikan petunjuk dalam memilih komoditi yang akan kita tanam dan kembangkan.

Selain nilai jual yang lebih tinggi, buah buahan juga memiliki kelebihan lainya. Buah buahan memiliki umur yang panjang, sehingga sekali tanam bisa panen terus menerus. Buah juga dapat dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu.

Biji-bijian secara umum dan gandum secara khusus disebutkan dalam Alqur'an. Biji-bijian jadi makanan utama manusia. Biji-bijian dibahas khusus di Alqur'an. Bahkan di surat Yusuf dibahas swasembada pangan selama 14 tahun, dari mulai penanaman, penyimpanan, penggunaan/ konsumsi, dan pembibitan.

Tumpang sari

Selain disebutkan sendiri beberapa tanaman juga disebutkan berdampingan, bahkan ada contoh dua kebun anggur yang dikelilingi kurma. Tumpang sari dari dua jenis tanaman atau lebih akan memberikan hasil lebih banyak dan panen beberapa kali dalam setahun. Dengan tumpang sari petani dapat panen mingguan, bulanan dan tahunan sesuai dengan komoditinya.

Dengan pemilihan komoditi yang tepat,  bernilai tinggi, paduan tumpang sari yang tepat bisa menghasilkan hasil yang maksimal.

Semoga bermanfaat, sampai jumpa di tulisan selanjutnya Insya Allah

Makmurkan Bumi, Makmurkan Negeri, Makmurkan Diri, Raih Ridho Ilahi

Bumi merupakan karunia besar dari Allah SWT kepada manusia untuk mencukupi semua kebutuhannya. Memakmurkan bumi adalah salah satu tugas manusia di bumi, dan manusia dilarang membuat kerusakan di bumi.

Memakmurkan bumi dengan mengelolanya dengan baik sehingga manusia bisa makmur tercukupi kebutuhannya. Salah satu upaya memakmurkan bumi adalah dengan menanaminya dengan tanaman yang vermanfaat bagi manusia.

Al Qur'an sebagai petunjuk bagi orang yang beriman sudah  menberikan petunjuk untuk memakmurkan bumi dengan menanam dan beternak. Banyak ayat-ayat yang membahas tentang pertanian dan peternakan.

Dari sekian banyak jenis tanaman yang disebutkan di Alqur'an jenis buah-buahan paling banyak disebutkan dalam Alqur'an. Bahkan di Surga salah satu isinya adalah buah buahan. Ini pelajaran penting bagi kita untuk memprioritaskan buah dari pada tanaman lainnya. Buah buahan mempinyai kelebihan tersenduri dari tanaman lain. Buah bisa langsung dimakan setelah dipetik tanpa di masak. Beberapa tanaman buah yang disebutkan dalam Alqur'an memiliki umur yang panjang, sehingga sekali tanam bisa panen terus menerus. Dari segi pemeliharaan tanaaan buah lebih mudah dan lebih murah. Hasil buah lebih banyak dan nilai jual buah juga lebih mahal dari pada hasil tanaman lain.

Memilih komoditas buah sesuai dengan petunjuk Alqur'an adalah langkah awal untuk memakmurkan bumi. Dengan mengikuti petunjuk Alqur'an kita akan lebih mudah dalam memakmurkan bumi. Dengan memakmurkan bumi kita bisa memakmurkan negeri, mensejahterakan anak negeri, memakmurkan diri, dan meraih ridho Ilahi.

Semoga bermanfaat, sampai jumpa ditulisan selanjutnya, Insya Allah.

Belajar Swasembada Pangan Dari Kisah Nabi Yusuf Dalam Alqur'an

Oleh : Supriyadi

Swasembada pangan salah satu hal penting dalam Negara. Swasembada pangan bahkan surplus adalah cita cita negara. Ketahanan pangan penting bagi ketahanan negara. Bahkan swasembada pangan jadi tolak ukur kuatnya sebuah negara. Negara akan rapuh hilang kekuatan bila kekurangan pangan. Bahkan dalam perang pangan jadi hal yang penting. 

Membuat Formulasi Ransum Untuk Kambing

Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam peternakan, bahkan ada yang mengatakan 60-70% biaya adalah biaya pakan. Hijauan adalah pakan utama pakan ternak ruminansia termasuk kambing. Sebenarnya bila hijauan (rumput, dedaunan dan legum) yang kita berikan sudah berkualitas bagus tidak perlu lagi pakan tambahan. Apalagi bila ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun. Namun di Indonesia mungkin hanya beberapa daerah tertentu saja yang bisa mengandalkan hijauan saja tanpa pakan tambahan.
Dalam kesempatan ini saya  ingin berbagi dengan para peternak bagaimana cara membuat formulasi ransum. ini adalah pengalaman yang pernah saya lakukan.

Memakmurkan Bumi dengan Menanam dan Beternak


Menanam Pekerjaan Mulia

Menanam tanaman yang dapat dimakan adalah pekerjaan mulia. Dengannya terjamin pangan manusia, hewan dan ternak. Semakin rajin manusia menanam maka akan terjamin pula pangannya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan tanah mati, maka dengannya ia mendapatkan pahala. Dan apa yang dimakan oleh binatang liar, maka dengannya ia mendapatkan pahala.” (HR Ahmad).

Menanam berarti memakmurkan bumi

Salah satu tugas yang diamanahkan oleh Allah SWT kepada manusia adalah memakmurkan bumi. ".....Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya." ...QS. Huud:61. 

Menanami bumi dengan tanaman yang dapat dimakan dan bermanfaat bagi manusia dan hewan berarti memakmurkan bumi. Salah satu bentuk syukur atas karunia Allah berupa bumi yang subur ini adalah dengan menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat.
Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah salah satu anjuran kepada para Sahabat adalah memakmurkan bumi dengan menanaminya. Masing-masing sahabat ambil bagian dalam memakmurkan bumi. Dalam beberapa tahun saja telah menghasilkan dan mencukupi kebutuhan kaum muslimin bahkan berlebih. Setelah itu Rosulullah membangun pasar Manaqoh.

Menanam Menyelamatkan manusia dari neraka

“Cegahlah dirimu dari neraka, meskipun dengan dengan sebiji kurma”. (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)
Menanam juga memberi banyak peluang untuk sedekah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan pahala dan kebaikan siapapun yang menjaga kesinambungan pangan dengan aktifitas bercocok tanam misalnya:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim itu menanam tanaman kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, atau orang lain atau hewan sekalipun melainkan akan menjadi pahala sedekah untuknya
Bahkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah ditambahkan sekiranya tanaman itu dicuri oleh seseorang tetap akan menjadi pahala sedekah untuk orang yang menanamnya. Sahabat Mu’awiyah ra turut mencontohkan aktifitas imarah ini dengan banyak menanam pohon di akhir hayatnya. Ketika ditanya alasan ia berbuat demikian, ia melantunkan bait syair:
لَيْسَ الفَتَى بِفتَي لاَيسْتَضَاءُ بِه … وَلاَ تَكُونُ لَهُ في الأَرْضِ آثَارُ
“Bukanlah seorang pemuda itu yang tidak memiliki sesuatu yang dapat menaunginya kelak. Bukan pula seseorang yang tidak memiliki peninggalan di bumi ini (sepeninggalnya)”.

Mengembala, Beternak Menyuburkan bumi

Mengembala kambing salah satu pekerjaan para nabi. Beternak dan bertani dapat bersinergi karena bisa saling mendukung. Beternak selain menghasilkan daging, susu, dan kulit juga menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur dapat tumbuh tanaman yang subur dan menghasilkan buah yang berlimpah.

Belajar dari kisah Nabi Musa, Saat Miskin, Sendiri, Jomblo, Mencari Jodoh, Mau Jadi Kaya


Ketika Nabi Musa terusir, jadi pelarian, miskin tidak punya apa apa, sendiri lagi (jomblo red). Nabi Musa menolong dua pengembala wanita. Ketika kedua wanita itu menghambat ternaknya agar tidak bercampur dengan ternak lainnya ketika antri ambil air. Kemudian Nabi Musa berteduh dan berdoa kepada Allah mohon pertolongan dan belas kasihan. Allah mengabulkan doanya. Datang satu dari dua wanita  (pengembala) dengan malu malu.

Wanita itu lapor kepada bapaknya. Ambillah dia menjadi pekerja yang membantu kita sesunguhnya dia termasuk orang kuat dan dapat dipercaya. Modus😊. Keren ini baru kenal sudah tahu karakternya. Bapaknya, Rijalun sholeh (Nabi Syuaib) paham. Beliau menikahkan anaknya dengan Nabi Musa dengan mahar 8 tahun mengembala kambing, ditambah 2 tahun. Keren maharnya 10 tahun mengembala x UMR saja banyak tuh. Maharnya bukan seperangkat alat sholat tapi resepsi dahsyat seperti saat ini
.
Hikmah kisah. Ketika miskin, tidak punya apa apa, sendiri solusinya beramal, menolong sesama, berdoa dan menikah dengan wanita pengembala yang datang malu malu, anak dari laki laki sholeh pemilik peternakan kambing😊. Kalau yang sudah menikah gimana? Jawabannya dikisah lain, dikisah ini Nabi Musa masih sendiri😊

Hikmah 2. Untuk menjadi pemimpin tidak cukup belajar politik dikerajaan mesir, belajar langsung dengan rajanya firaun. Tapi harus hijrah jauh ke madyan untuk belajar menjadi pengembala kambing 10 tahun. "Dari pengembala domba menjadi pemimpin dunia"
Hikmah 3. Kalau mau cari mantu, cari suami cari yang sholeh kuat dan dapat dipercaya, mau mengembala kambing😊

Hikmah 4. Kalau mau cari istri cari yang ketika datang kepada laki laki dia malu malu, mau mengembala kambing😊, kambingnya saja tidak dibiarkan bercampur dengan kambing lain, apalagi dia, bapaknya rijalun sholeh, punya peternakan kambing(kaya). Nasab, khasab nya baik.
Hikmah 5. Salah satu pekerjaan terbaik adalah mengembala. Pekerjaan para Nabi, pekerjaan yang disebut dalam Al Qur'an, menyuburkan dan memakmurkan bumi. Pekerjaan yang mendukung syariah akiqah dan kurban. Termasuk investasi yang baik.

Memakmurkan Bumi, Mulai Dari Yang Kita Bisa

Oleh : Muhaimin Iqbal
Bila di tulisan sebelumnya saya menulis tentang krisis yang begitu nyata berserta garis besar solusinya, maka tulisan ini akan membahas secara detil bagaimana solusi itu bekerja mengikuti petunjukNya. Bahkan lebih dari itu, bumi ini insyaAllah bisa terus bertambah makmur – bila hal yang diperintahkan ke kita bersamaan dengan perintah menyembah dan mengesakanNya  yaitu memakmurkan bumiNya (QS 11:61) – sungguh-sungguh kita laksanakan. InsyaAllah kita semua bisa terlibat langsung dalam melakukannya. 

Bahwa petunjuk Al-Qur’an itu detil dan jelas, ini antara lain ditunjukkan dengan sejumlah ayat di surat yang berbeda-beda yang saling menguatkan dan menjadi penjelas satu sama lainnya – kita temukan rangkaian ayat-ayat ini misalnya dalam ayat-ayat yang terkait dengan perintah untuk memakmurkan bumi tersebut di atas.

Untuk menjelaskan konvergensi ayat-ayat kemakmuran tersebut, bahkan bisa saya visualisasikan dalam ilustrasi tiga dimensi untuk menggambarkan sepotong bumi yang makmur. Untuk bisa kita lihat bersama dengan jelas, seandainya bumi yang makmur itu seperti bulatnya buah semangka – maka gambar dibawah adalah irisannya untuk 1/8 dari semangka tersebut.

Saya gunakan irisan ‘semangka’ ini untuk melihat proses pemakmuran yang terjadi di permukaan bumi dan didalamnya ( di bawah tanah) seperti yang dijelaskan di sejumlah ayat dalam berbagai surat.


Dalam hal kemakmuran bumi misalnya surat Yaasiin bercerita tentang bagaimana bumi yang mati (no 1 di gambar) dihidupkan dengan biji-bijian (QS 36 : 33), kemudian ayat 34-nya bercerita tentang kurma (2), anggur (3) dan mata air (4). Maka dua ayat ini bercerita suatu proses dari bumi yang mati sampai menjadi bumi yang subur dengan mata air yang memancar.

Bagaimana proses detilnya kok bisa demikian ? Setelah ditanami biji-bijian, dengan bantuan mikroba yang berkoloni pada perakarannya -  tanaman biji-bijian ini bisa langsung menyerap Nitrogen (N2) di udara dan mengubahnya untuk menjadi Nitrogen yang siap konsumsi oleh tanaman (NH3 kemudian NH4). Bumi yang mati, kini telah mulai hidup dengan unsur utama yang diperlukannya – yaitu Nitrogen.

Bersamaan dengan hadirnya Nitrogen tersebut, permukaan tanah akan tertutup oleh daun dari tanaman biji-bijian ini sehingga mencegah penguapan dari air hujan yang jatuh di permukaan tersebut serta menurunkan suhu permukaannya.

Dengan modal inilah maka kemudian tanah bisa ditanami oleh tanaman-tanaman berikutnya khususnya kurma dan anggur seperti di QS 36 ayat 34 tersebut. Perakaran kurma yang rapat dan dalam – bisa sampai 10 meter, membantu menahan air di dalam tanah.

Air yang tertahan ini terus merembas ke bawah dan dalam waktu yang lama akan menaikkan permukaan air tanah (water table). Water table ini adalah kodisi dimana permukaan air di dalam tanah memiliki tekanan 0 atm. Water table yang terus terisi akan naik mendekati permukaan tanah, maka bila ketemu bagian tanah yang posisinya sama atau lebih rendah dari water table ini – disitulah air akan memancar sebagai mata air (posisi no 4 dalam gambar).

Setelah ada mata air, maka lebih luas lagi opsi tanaman yang bisa kita tanam. Lahan berupa sawah ladang untuk menanam padi-padian-pun mulai terbentuk, maka di ayat berikutnya (QS 36 : 35) disebutkan bahwa kita bisa makan dari hasil usaha tangan kita – yaitu hasil bercocok tanam jenis padi-padian.

Komposisi kebun yang terdiri dari kurma, anggur dan kemudian sungai-sungai yang mengalir dibawahnya ini juga diungkapkan oleh Allah di Surat Al-Baqarah ayat 266. Senada dengan ini juga di surat Al-Kahfi (QS 18 : 32-33). Bila ilustrasi 1/8 semangka tersebut saya gandakan menjadi ¼ semangka – yaitu sisi kirinya yang sama persis seperti cermin dari gambar yang ada di kanan -  maka akan menjadi ilustrasi seperti di bawah.


Kebun Al-Kahfi


Dengan ilustrasi yang baru ini, Anda akan jauh lebih mudah memahami dua kebun yang dijelaskan dalam dua ayat di surat Al-kahfi berikut.

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.

Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu” (QS 18 : 32-33)

Prinsip dua kebun yang mengindikasikan kemakmuran dan kebaikan sebuah negeri ini juga diceritakan oleh Allah dalam kasus kaum Saba : “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS 34 : 15)

Adapun disandingkannya kebun kurma dan anggur – yang disebut secara khusus oleh Allah di surat 13 : 4 bahwa diantara tanaman-tanaman itu ada yang berdampingan dan ada yang diunggulkan – pasti mengandung hikmah yang luar biasa dan hingga kini belum sepenuhnya bisa diungkapkan oleh ilmu pengetahuan pertanian yang paling modern sekalipun.

Karena bukan hanya di ayat ini kurma dan anggur disandingkan dalam penyebutannya, tetapi juga di sembilan ayat di surat-surat yang berbeda lainnya. Jadi totalnya ada sepuluh ayat dimana kurma dan anggur disebut secara berurutan, yaitu QS 13:4 ;  2 : 266;  6: 99;  13:4;  16:11; 16:67 ; 17:91; 18:32;  23:19 dan QS 36 :34.

Yang jelas kurma adalah tanaman yang bernilai tinggi dan demikian pula anggur, maka ketika keduanya berada dalam satu kebun – pastilah kebun itu memiliki hasil yang sangat tinggi – maka  keduanya juga disebutkan Allah sebagai rezeki yang baik (QS 16 :67).

Bila kebun kurma dan anggur inipun belum memberikan hasil yang maksimal, Allah turunkan resep berikutnya agar tanaman-tanaman ini berbuah banyak dan juga buah-buahan lainnya. Resep itu adalah menggembala sebagai mana ayat berikut :

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16:10-11)

Jadi tempat menggembala terbaik-pun (no 10 di gambar) ternyata juga terkait dengan pohon kurma, anggur dan berbagai buah-buahan lainnya. Penggembalaan terbaik bukan di negeri-negeri padang rumput tempat dari mana kita mengimpor daging dan susu selama ini !, tetapi bisa jdi di negeri ini bila kita  bisa bener-bener melaksanakan petunjukNya.

Bila ini kita lakukan, maka berlakulah janji Allah bahwa sumber-sumber makanan itu akan datang dari atas kita dan dari bawah kaki kita (QS 5:66), dan demikian pula keberkahannya akan datang dari langit dan dari bumi (QS 7 : 96). 

Kemudian keberadaan mata air dan juga sungai sebagai salah satu indikator  kemakmuran juga disebutkan di sejumlah ayat-ayat yang sangat banyak, tetapi bagaimana kita bisa berbuat untuk berkontribusi dalam hadirnya mata air-mata air dan sungai-sungai ini ? Dengan menanam pohon dan khususnya kurma !.

Selain disebutkan secara khusus bahwa tanaman kurma ini memancarkan mata air (QS 36:34) dan mengalirkan anak sungai (QS 19 : 23-24) , hadits perintah menanam pohon sampai kiamat – itu juga khususnya untuk pohon kurma, meskipun tidak salah kalau kita menanam pohon lainnya juga. Yang jelas salah adalah bila kita tidak menaman pohon dan bahkan cenderung menebangnya saja !

Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon kurma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad]

Apa yang terjadi di dalam tanah ketika kita menanam pohon kurma  di tanah yang kering sekalipun ?

Tanah yang kering adalah tanah yang tidak ada mata airnya, permukaan air tanah atau water table-nya (no 9) ada tetapi posisinya sangat dalam. Molekul-molekul air bisa jadi masih ada di zone tidak jenuh (no 7 pada  pada gambar di atas) – tetapi jumlahnya yang tidak memadai untuk diambil sebagai air untuk kebutuhan manusia dan ternak. Hanya system perakaran tanaman – khususnya kurma – yang masih bisa memanfaatkan air yang sangat sedikit ini.

Ketika air hujan turun dan ditahan di perakaran kurma ini, air merembes terus kebawah sampai kepada zona jenuh (no 8). Seperti tetesan-tetesan air hujan yang jatuh ke kolam, maka dia tidak terus bergerak kebawah lagi – perlahan-lahan dia mengangkat permukaan kolam – yang dalam hal ini adalah mengangkat permukaan water table.

Ketika proses ini berjalan terus, maka saatnya nanti akan tiba – dimana permukaan water table akan sampai di permukaan tanah – dan saat itulah mata air muncul.

Meskipun hanya Allah-lah yang bisa menyimpan air ini, kita sebagai khalifahNya diperintahkan untuk memakmurkan bumi antara lain melalui  penanaman pohon ini, karena dari pohon-pohon yang kita tanam tersebutlah air disimpan di dalam tanah dan dikeluarkanNya dalam bentuk terbaiknya yaitu mata air-mata air.

Sebagaimana air adalah sumber segala kehidupan, maka menanam pohon adalah bentuk konkrit keterlibatan manusia untuk bisa ikut melestarikan kehidupan di bumi ini. Sebaliknya menebang pohon tanpa diikuti penanaman kembali, menyedot air secara berlebihan dari dalam tanah tanpa upaya untuk ikut mengembalikannya lagi – adalah mengancam ketersediaan air bersih di bumi ini yang berarti juga mengancam kehidupan itu sendiri.

Bila Anda tergerak untuk ikut menanam pohon khususnya pohon kurma ini, Anda bisa lakukan di manapun di tanah yang boleh Anda tanami. Cara membibitkan kurma-kurma tersebut telah saya tulis lebih dari satu setengah tahun lalu dalam tulisan  Mencari Kebahagiaan Dengan Membibit Kurma Sendiri.

Bila Anda ingin lebih dari itu, pohon kurma yang Anda tanam ingin yang sudah jelas jenis kelaminnya – sehingga berpeluang lebih tinggi untuk berbuah – insyaAllah komunitas pembaca situs ini sekali lagi sedang dalam proses mengimpor bibit-bibit kurma yang sudah teridentifikasi jenis kelaminnya. Anda-pun sudah bisa indent untuk bergabung dari sekarang.

Dengan petunjuk yang begitu jelas, juga konsekwensi dari perbuatan kita saat ini yang begitu penting untuk kelestarian kehidupan di bumi ini selanjutnya – maka mudah-mudahan kita dimudahkanNya agar kaki ini ringan untuk melangkah, untuk mulai berbuat yang kita bisa. InsyaAllah.
Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1487-memakmurkan-bumi-mulai-dari-yang-kita-bisa

Memakmurkan Bumi Memanjangkan Usia dan Memperbanyak Pahala

Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya. Maka mohonlah ampunan dan bertaubatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Dekat dan Memenuhi segala permintaan”. (Hud: 61)
Ayat ini oleh Imam Al-Alusi dijadikan dalil akan kewajiban memakmurkan bumi sesuai dengan kemampuan dan perang setiap orang yang beriman. Karena memang Allah swt telah menjadikan bumi ini dapat dan layak untuk dimakmurkan dan dijadikan manusia yang menghuninya juga mampu untuk memakmurkannya. Karenanya, menurut Ibnu Asyur, maksud dari kata ‘isti’mar’ yang sinonim dengan I’mar’ adalah aktifitas meramaikan bumi dengan penataan bangunan dan pelestarian lingkungan dengan menanam pohon dan bercocok tanam sehingga semakin panjang usia kehidupan bumi ini dengan seluruh penghuninya.
Pemahaman yang senada dikemukakan oleh Imam Zamakhsyari dalam kitab tafsir Al-Kasyaf.  Secara aplikatif, beliau mengabadikan kisah tentang raja-raja Parsi. Dikisahkan bahwa raja-raja yang memerintah Parsi sepanjang pemerintahan mereka banyak membuat sungai dan menanam pohon sehingga mereka diberi kesempatan hidup lama oleh Allah swt seperti yang ditunjukkan oleh akar kata Isti’mar atau I’mar yaitu Al-‘Umr yang berarti usia. Ketika salah seorang nabi bertanya kepada Allah tentang fenomena tersebut: “Kenapa Engkau berbuat demikian kepada mereka? (dengan memperpanjang usia mereka)”. Allah menjawab: “Mereka telah menghidupkan bumiKu (dengan memakmurkannya) sehingga hamba-hambaKu dapat hidup dengan baik di atasnya”.
Ternyata usaha memakmurkan bumi dengan segala makna yang terkandung di dalamnya merupakan sarana untuk memperpanjang usia kehidupan manusia seiring dengan diperpanjangnya usia bumi dengan aktifitas imarahnya yang berkesinambungan. Namun memang pada realitasnya, usaha memelihara, mempertahankan, meningkatkan kemakmuran bumi dengan segala aktifitasnya seringkali diabaikan, bahkan cenderung tidak mendapat perhatian yang serius. Akhirnya banyak harta kekayaan milik bangsa ini yang dihamburkan dengan semena-mena dan kita selaku pemilik bersama bumi ini secara kolektif tidak pernah menghiraukannya, mempertanyakan, meminta pertanggung jawaban, maupun menghalangi perilaku kontra imarah tersebut. Sehingga semua harus menanggung akibat dari perilaku segelintir orang terhadap bumi ini.
Memang secara konseptual, ayat di atas berbicara tentang peran ketiga manusia yaitu peran Imarah dalam arti mengelola dan memakmurkan bumi untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama yang tidak kalah pentingnya dengan dua peran inti lainnya. Karenanya, peran ketiga ini sangat terikat dan melekat secara sinergis dengan dua peran lainnya; peran ubudiyah seperti yang tersirat di surat Adz-Dzariyat: 56, serta peran khilafah yang diantaranya ditunjukkan oleh surat Al-Baqarah: 30. Bahkan peran Imarah merupakan bentuk nyata dari aplikasi peran Ubudiyah dan Khilafah yang tidak dapat dipisahkan. Justru hasil dan nilai dari amaliah ibadah dan khilafah ada pada aktifitas memakmurkan bumi Allah swt.
Ayat lain yang berbicara tentang Imarah adalah surat Ar-Rum: 9: “Dan tidaklah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul). Mereka itu lebih kuat dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya melebihi dari apa yang telah mereka makmurkan”.  Allah swt menggambarkan melalui ayat ini tentang kaum terdahulu sebelum umat nabi Muhammad saw yang dipanjangkan usianya oleh Allah dengan kekuatan fisik dan banyaknya aktifitas Imarah yang mereka lakukan. Tidak ada yang menandingi kekuatan fisik dan aktifitas imarah mereka. Namun sangat disayangkan mereka kemudian dibinasakan oleh Allah karena mendustakan karunia nikmat Allah tersebut dan mendustakan para Rasul. Demikian aktifitas imarah yang mereka upayakan turut menambah usia dan kemakmuran mereka, jika mereka tidak mendustakan Allah dan para RasulNya.
Dan ternyata secara aplikatif, perhatian Rasulullah terhadap upaya memelihara kesinambungan kehidupan dengan program ketahanan pangannya sungguh sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan perintah dan anjurannya untuk bercocok tanam memenuhi hajat manusia. Bahkan diantara amal yang masih dianjurkan sebelum hari kiamat adalah menanam biji tumbuh-tumbuhan. Dan seseorang dapat melindungi dirinya dari sentuhan api neraka hanya dengan sebiji kurma sekalipun: “Cegahlah dirimu dari neraka, meskipun dengan dengan sebiji kurma”. (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan pahala dan kebaikan siapapun yang menjaga kesinambungan pangan dengan aktifitas bercocok tanam misalnya:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim itu menanam tanaman kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, atau orang lain atau hewan sekalipun melainkan akan menjadi pahala sedekah untuknya”.
Bahkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah ditambahkan sekiranya tanaman itu dicuri oleh seseorang tetap akan menjadi pahala sedekah untuk orang yang menanamnya. Sahabat Mu’awiyah ra turut mencontohkan aktifitas imarah ini dengan banyak menanam pohon di akhir hayatnya. Ketika ditanya alasan ia berbuat demikian, ia melantunkan bait syair:
لَيْسَ الفَتَى بِفتَي لاَيسْتَضَاءُ بِه  وَلاَ تَكُونُ لَهُ في الأَرْضِ آثَارُ
“Bukanlah seorang pemuda itu yang tidak memiliki sesuatu yang dapat menaunginya kelak. Bukan pula seseorang yang tidak memiliki peninggalan di bumi ini (sepeninggalnya)”.
Demikian sikap moral yang ditunjukkan oleh generasi terdahulu. Mereka berlomba-lomba menanam dan memberi peninggalan yang terbaik untuk kemaslahatan generasi berikutnya. Semboyan mereka yang seharusnya diteladani oleh kita adalah: “orang-orang sebelum kita telah banyak menanam untuk kita makan. Maka kita juga menanam agar dapat dimakan oleh orang-orang setelah kita.
قد غرس من قبلنا فأكلنا ونغرس نحن ليأكل من بعدنا
Sungguh sangat kontradiktif dengan realitas kita sekarang yang justru berlomba-lomba untuk mengeruk hasil bumi untuk memperkaya diri sendiri dengan mengabaikan sisi kelestarian, ketahanan dan kemakmuran bumi. Akibatnya, banyak bencana alam yang terjadi yang justru akan mengurangi dan memperpendek usia kehidupan manusia karena pendeknya usia bumi yang dihuninya akibat kerusakan yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia sendiri yang tidak bertanggung jawab.
Maka benteng yang kokoh untuk berjalannya aktifitas imarah dalam segala bentuknya adalah amanah. Agar program imarah untuk kemaslahatan bersama dapat berjalan dengan baik, setiap orang dituntut untuk memahami prinsip amanah berupa sesuatu yang harus dipelihara dan dipertahankan keberadaannya, serta sedapat mungkin dikembangkan dan diberdayakan untuk masa depan kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks ini, surat An-Nisa’: 58 merupakan panduan yang jelas karena secara redaksional menggunakan redaksi yang menunjukkan penekanan dan penegasan: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian semua agar menyampaikan amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya)”. Tidak dengan redaksi: “Sesungguhnya Aku” atau perintah langsung misalnya: “Sampaikanlah amanah kepada pemiliknya!” dan sebagainya. Dengan menampilkan lafadz “Allah” dalam ayat tersebut yang tidak digantikan dengan dhamir jelas terkandung makna ketegasan dan penekanan dalam perintahNya.
Syekh Shalih Al-‘Utsaimin ketika menafsirkan ayat ini membagikan jenis amanah yang harus ditunaikan kepada dua bentuk, yaitu amanah yang terkait dengan hak-hak Allah swt dan amanah yang terkait dengan hak-hak manusia. Justru yang seringkali terabaikan adalah jenis amanah kedua, yaitu amanah yang berhubungan dengan hak-hak anak Adam, terutama dalam konteks ‘Al-Amanah Al-Maliyah’ termasuk di dalamnya memelihara kelestarian dan ketahanan bumi sebagai harta yang tidak ternilai harganya.
Sudah saatnya umat Islam, terutama insan-insan pesantren lebih menonjolkan peran Imarah yang akan dirasakan hasilnya oleh seluruh manusia, bahkan makhluk Allah seluruhnya. Peran ubudiyah yang terus dijalankan seyogyanya akan memperkuat peran khilafah yang selanjutnya akan meningkatkan kontribusi dan peran Imarah dalam bentuk yang ril untuk kemaslahatan bersama. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang banyak? Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada sesama manusia”. (H.R. Bukhari)