Terusan Suez Adalah Karya Master Piece Umar bin Khattab

Banyak yang belum tahu , bahwa ternyata Terusan Suez ternyata adalah sebuah karya agung berdasar ide dan gagasan cemerlang sekaligus membuktikan kejeniusan Amirul Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu.

Bagaimana Rasulullah Bermesra Dengan Isteri

Sabda Rasulullah SAW: Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

Haruskah Kedokteran Modern Dan Thibbun Nabawi Dipertentangkan?

Ini adalah tulisan yang disusun oleh dr. Raehanul Bahraen


Yang mendorong kami mengangkat tema ini adalah kami menemukan langsung beberapa orang yang salah paham mengenai pengobatan khususnya thibbun nabawi dan kedokteran barat modern. Kesalahpahaman tersebut berdampak timbul angapan bahwa kedokteran barat modern bertentangan semua dengan thibbun nabawi, sikap anti total terhadap pengobatan barat modern, kemudian jika memilih pengobatan selain thibbun nabawi berarti tidak cinta kepada sunnah serta dipertanyakan keislamannya. Padahal kedokteran barat modern bisa dikombinasikan dengan thibbun nabawi atau dipakai bersamaan.

Permasalahan Imunisasi Dan Vaksinasi Tuntas –Insya Allah-

 Ini adalah tulisan yang disusun oleh dr. Raehanul Bahraen

Tuntas bagi kami pribadi, saat ini dan “mungkin” sementara karena bisa jadi suatu saat kami mendapat tambahan informasi baru. Kami hanya ingin membagi kelegaan ini setalah berlama-lama berada dalam kebingungan pro-kontra imunisasi. Pro-kontra yang membawa-bawa nama syari’at. Apalagi kami sering mendapat pertanyaan karena kami pribadi berlatar belakang pendidikan kedokteran. Pro-kontra yang membawa-bawa nama syari’at inilah yang mengetuk hati kami untuk menelitinya lebih dalam.

Fatwa-Fatwa Ulama, Keterangan Para Ustadz dan Ahli Medis Di Indonesia Tentang Bolehnya Imunisasi-Vaksinasi

Ini adalah tulisan yang disusun oleh dr. Raehanul Bahraen
Tulisan ini merupakan lanjutan tulisan kami sebelumnya yaitu:
1.Permasalahan Imunisasi Dan Vaksinasi Tuntas –Insya Allah-
2.Haruskah Kedokteran Modern Dan Thibbun Nabawi Dipertentangkan?
Kami berusaha mengumpulkan fatwa ulama, keterangan para ustadz dan ahli medis  mengenai bolehnya imunisasi. Sehingga kami berharap saudara kita, muslim yang lainnya bisa menghormati muslim yang melaksanakan fatwa para ulama dan keterangan ustadz yang membolehkan imunisasi. Tidak mencela mereka yang melaksanakan imunisasi, apalagi sampai mempertanyakan keimanannya karena dianggap tidak percaya dengan thibbun nabawi atau tidak tawakkal dengan apa yang Allah anugrahkan yaitu imunitas alami tubuh. Ini adalah pernyataan yang kurang tepat
Kami juga sampai saat ini belum mendapatkan fatwa ulama dunia -yang diakui keilmuannya oleh dunia islam yang bersifat internasional – yang mengharamkan imunisasi dan vaksinasi. Jika ada yang mendapatkannya, kami harap memberi tahu, sebagai pertimbangan kami untuk membuat kelanjutan tulisan selanjutnya.
Berikut sumber fatwa ulama dan keterangan para ustadz:

Kisah Keluarga yang Kena Polio Karena Tak Divaksin

Kisah Keluarga yang Kena Polio Karena Tak Divaksin

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Berbagi informasi terkini dari detikcom


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Polio merupakan momok penyakit karena dapat menyebabkan kelumpuhan, sulit bernapas bahkan kematian. Penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi, namun beberapa keluarga harus menanggung kisah tragis kematian atau kelumpuhan karena tak mendapatkan vaksin.

Salah satu contoh tragis polio menimpa keluarga dari Janice Flood Nichols. Pada tahun 1953, sebuah epidemi polio menyerang pinggiran kotanya di DeWitt, New York. Di kelasnya dari 24 anak, 8 diantaranya tertular polio, termasuk Janice dan saudara kembarnya Frankie.

Frankie meninggal dunia setelah 61 jam berada di rumah sakit. Saat penguburan saudara kembarnya, Janice pun dalam kondisi lumpuh layu karena polio.

Tragisnya, beberapa hari kemudian ibunya mengalami keguguran, yang juga akibat wabah polio. Dua temannya pun meninggal dunia karena komplikasi beberapa tahun setelah tertular penyakit polio.

Janice termasuk beruntung karena bisa pulih fisik secara lengkap karena perawatan medis yang sangat baik dan terapi jangka panjang. Tapi saat hamil, ia harus melalui operasi caesar karena sakrum (tulang kelangkang) mengalami kelumpuhan dan otot lemah.

Pada tahun 1990-an, ia pun mulai mengembangkan gejala-gejala aneh yang dikenal dengan post-polio syndrome.

"Meskipun saya selalu lebih beruntung dari penderita polio kebanyakan, tapi pertarungan dengan polio terus terjadi dari 1953 dan menyerang hidup saya. Sebagai survivor, saya muak polio masih belum eradikasi dan dengan beberapa orangtua yang mempertanyakan perlunya dan keamanan vaksinasi. Orangtua yang menolak vaksinasi seperti sedang bermain api," tegas Janice Flood Nichols, yang juga pernah menulis buku 'Twin Voices: A Memoir of Polio, the Forgotten Killer', seperti dilansir chop.edu, Rabu (20/6/2012).

Kisah tragis keluarga yang terserang polio tidak hanya menyerang Janice. Di Indonesia pun kasus polio pernah menyerang satu keluarga di Mayak Kidul, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.

Seperti diberitakan detikTV, 8 Februari 2012, satu keluarga harus menjalani hidup dengan cara tragis. 6 anggota keluarga yang terdiri dari Eti (50 tahun), Iroh (45 tahun) dan Biah (37 tahun) terkena polio sejak kecil, akibatnya mereka kesulitan berjalan dan melakukan aktivitas.

Ironisnya, Bidin (17 tahun) dan Farlan (5 tahun), anak dari Biah juga kesulitan berjalan karena polio. Begitu pula Mira (6 tahun), anak Iroh.

Penderitaan ini bermula pada saat Eti, Iroh dan Biah berusia balita. Ketiganya terserang panas tinggi dan dokter Puskesmas mendiagnosis polio.

Penyakit polio tidak diturunkan pada generasi berikutnya tapi penyakit ini memang bisa menular. Polio disebabkan oleh infeksi poliovirus dan penularannya terjadi melalui rute fekal-oral.

Virus polio dapat hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.

Polio menyebar terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan sanitasi lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui fekal-oral. Artinya makanan atau minuman yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut orang sehat lainnya. Sedangkan oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke dalam mulut manusia sehat lainnya.

* Anak divaksin atau tidak divaksin tergantung dari orangtuanya. Bagaimana kalau yang tidak melakukan vaksin itu adalah selebritas. Ikuti Ulasan Khas detikHealth tentang Kontroversi Vaksin di artikel selanjutnya.



Banyak Kasus Autis Usai Bayi Divaksin MMR? Ini Penjelasannya

sshttp://health.detik.com/read/2012/06/20/155957/1946349/775/banyak-kasus-autis-usai-bayi-divaksin-mmr-ini-penjelasannya
img

(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Ada banyak orangtua yang ragu memberikan vaksin MMR pada anaknya karena diduga bisa menyebabkan autis. Benarkah banyak kasus autis usai anak diberikan vaksin MMR? Ini penjelasannya.

Pemberian vaksin MMR diketahui bisa mencegah penyakit mump (gondongan), measles (campak) dan rubella (campak Jerman), biasanya diberikan pada anak berusia di atas 1 tahun. Sedangkan di Indonesia diberikan 6 bulan setelah imunisasi campak.

Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam penjelasannya ke detikHealth menuturkan dokter Wakefield yang mengungkapkan bahwa MMR bisa menyebabkan autisme diketahui bukanlah ahli vaksin, tapi ia sebagai dokter spesialis bedah.

Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya menggunakan 18 sampel, setelah diaudit oleh tim ahli penelitian terbukti bahwa Wakefield memalsukan data sehingga kesimpulannya salah. Hasil ini sudah diumumkan dalam majalah kedokteran British Medical Journal Februari 2011.

Sedangkan banyak penelitian lain yang telah dilakukan oleh para ahli vaksin dibeberapa negara menyimpulkan bahwa vaksin MMR tidak terbukti mengakibatkan autis pada anak. Kondisi ini tidak ada hubungannya dan sudah dibuktikan secara ilmiah.

Namun umumnya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi berusia 12-18 bulan, yang mana waktu tersebut hampir bersamaan dengan diberikannya vaksin MMR, sehingga banyak orang beranggapan autis yang dialami anak akibat vaksin MMR yang diberikan.

Padahal sebagian besar kasus anak-anak yang memiliki autis disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan beberapa kasus lainnya belum diketahui dengan pasti apa penyebabnya.

Sementara itu sebelumnya diungkapkan bahwa penggunaan thimerosal dalam vaksin sebagai penyebab autisme. Tapi beberapa jurnal ilmiah mengungkapkan thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena saraf).

Serta saat dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak, ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna. Jadi thimerosal tidak berhubungan dengan kejadian autis.

"Sekarang sebagian besar vaksin tidak pakai thimerosal untuk mengurangi kekhawatiran orangtua, dan peneliti-peneliti yang menentang vaksin bukan ahli imunologi, dan kita harusnya mempercayakan hal-hal pada ahlinya. Kalau nggak ahli tentang vaksin ya jangan berbicara," ujar dr Rifan Fauzie, SpA dari RSAB Harapan Kita, saat dihubungi detikHealth, Rabu (20/6/2012).

* Polio sebenarnya bisa dicegah dengan melakukan vaksinasi. Sebuah keluarga mengalami kisah pilu karena tak divaksin polio. Ikuti Ulasan Khas detikHealth tentang Kontroversi Vaksin di artikel selanjutnya.

Vera Farah Bararah - detikHealthVera Farah Bararah - detikHealth



Bio Farma Menjawab Ketakutan akan Vaksin dari Babi


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma (Persero) Bandung. Dengan maraknya kelompok anti-vaksin yang takut bersinggungan dengan babi, Bio Farma pun menjawab ketakutan tersebut.

Vaksinasi merupakan pemberian dalam jumlah kecil mikroba yang sudah di-inaktivasi atau dilemahkan kepada orang sehat dengan tujuan untuk merangsang tubuh orang tersebut membentuk antibodi (kekebalan) terhadap mikroba tersebut.

"Masyarakat tidak perlu takut dengan adanya isu bahan dasar vaksin adalah babi, karena itu tidak benar adanya. Vaksin terbukti dapat mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya. Hal ini terbukti dengan musnahnya penyakit cacar api dari muka dunia dikarenakan keberhasilan program imunisasi cacar api pada tahun 1978," jelas dr Novilia Sjafri Bachtiar, M.Kes, Kepala Bagian Evaluasi Produk PT Bio Farma (Persero), saat dihubungi detikHealth, Rabu (20/6/2012).

Kementerian Kesehatan dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun saat ini terus melakukan sosialisasi ke berbagai daerah yang memiliki cakupan imunisasi yang masih rendah.

dr Novilia menegaskan tidak benar bahwa bahan dasar pembuatan vaksin dari babi. Vaksin terdiri dari virus dan bakteri yang dilemahkan. Vaksin yang diedarkan kepada masyarakat pun sudah melalui proses yang ketat dari segi kualitas, efektifitas dan keamanan vaksin.

Di dalam negeri pengawasan dilakukan oleh badan POM dan untuk ekspor dilakukan penilaian kualitas dan mutu vaksin oleh World Health Organization (WHO).

"Perihal kehalalan vaksin dipertanyakan sejak tereksposnya penggunaan tripsin (enzim babi) pada vaksin polio. Untuk itu sudah ada fatwa MUI bahwa penggunaan vaksin OPV (Oral Polio Vaccine) maupun IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio khusus) diperbolehkan, bisa dilihat pada website MUI," lanjut dr Novilia.

Pembuatan semua vaksin di Indonesia sendiri dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). Kelima vaksin dasar lengkap yakni Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi DPT, Imunisasi Campak juga dibuat Bio Farma dan sudah dibolehkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dari pihak PT Bio Farma (Persero) sendiri menekankan ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi, yaitu:
1. Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk harvest sel (panen) yang digunakan untuk media virus. Tripsin merupakan bahan untuk melepaskan sel dari tempat merekatnya virus pada media virus.

2. Tripsin kemudian dibuang dan ada proses pencucian, dan kemudian pelarutan dengan air dalam jumlah yang sangat besar.

3. Pada produk final tidak ditemukan unsur tripsin.

"Untuk vaksin lainnya kita tidak menggunakan tripsin seperti polio. Dengan demikian, bisa dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang sifatnya urgent, bukan pilihan seperti makanan," tutup dr Novilia.

Sebagai informasi, sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya.

* Banyak Kasus Autis Usai Bayi Divaksin MMR? Benarkah seperti itu. Ikuti Ulasan Khas detikHealth tentang Kontroversi Vaksin di artikel selanjutnya.
http://health.detik.com/read/2012/06/20/153852/1946295/775/bio-farma-menjawab-ketakutan-akan-vaksin-dari-babi

Fakta di Balik Kampanye Hitam Anti Vaksin

dr R Yuli Kristyanto 

img

(Foto: thinkstock)
Jakarta, Gerakan anti imunisasi sudah merebak di internet, bahkan ada pula seminar-seminarnya di perguruan tinggi. Tak tanggung-tanggung, pembicaranya bahkan ada yang dokter.

Situs-situs internet soal anti imunisasi dan vaksinasi jika dicari di mesin pencari juga jauh lebih banyak daripada situs yang mempromosikan imunisasi. Rata-rata isinya sama, artikel yang sama, dicopy paste berulang-ulang dari satu situs ke situs yang lain dari satu blog ke blog yang lain.

Yang makin bikin geleng-geleng, artikel tersebut seolah-olah benar-benar berdasarkan bukti penelitian (evidence based) yang mencatut nama-nama ahli, hasil penelitian yang data dan angkanya sangat meyakinkan.

Ilmuwan-ilmuwan anti vaksin

1. Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.

Kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya :

"The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).
- Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”

2. "Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan".
- Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika

3. "Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun".
- Dr. Richard Moskowitz, Harvard University

4. "Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya".
- Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris

5. "Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara umum".
- dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional

6. "Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%".
- Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962

7. "Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme".
- Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional

8. "Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini".
- Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika

9. "Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya".
- Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”

Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya. Stop. Ini baru separuh artikel pembuka. Cukup meyakinkan bukan? Sudah pernah baca?

Ya, saya juga bukan ahli vaksin, bukan ahli imunisasi, yang juga sahih untuk menganalisis artikel di atas. Saya hanya dokter PNS muda di Puskesmas yang tidak begitu terpencil dari kota Yogyakarta untuk disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Tapi setidaknya saya pernah belajar 6 tahun dan terus berlanjut hingga sekarang mengenai metode kedokteran. Dan selama masa belajar itu saya pernah (kalau tidak lupa) diajarkan tahap pertama dalam pembelajaran yaitu mencari referensi yang sahih, tidak bias atau tendens, valid dan reliable. Dan tahap pertama pembelajaran saya itulah yang akan sedikit saya bagikan pada Anda, siapa tahu saya nanti beneran bisa dapat tanda jasa dari Anda.

Ini fakta tentang ilmuwan anti vaksin di atas:
1. Leonard Horowitz

Tentang Dr. Leonard Horowitz yang penulis sebutkan di atas, entah darimana ia dapat gelar DR di depan namanya. Karakter ini dalam search google dapat Anda temukan ratusan dalam situs anti imunisasi yang artikelnya dicopy paste itu.

Lihat di situs asing, ia terlibat dalam situs-situs yang menolak pengetahuan & teknologi modern. Yang paling jelas kalau di follow up, ternyata Horowitz ini sangat berperan dalam situs FluScam.com, situs yang benar-benar membolak-balikkan fakta pengobatan modern, menolak imunisasi, yang ujung-ujungnya menawarkan pengobatan alternatif.

Silakan buka situsnya, dan link situs lainnya, Leonard Horowitz ini ternyata populer juga sebagai semacam penyembuh spiritual di Amerika sana. Dia bahkan menyebut dirinya seorang sakti, semacam mengaku nabi, bahkan mengklaim ada 'malaikat' menuntunnya, secara tertulis pada bukunya Walking on Water di tahun 2006.

Tuntunannya buku-buku semacam ini: 5-steps you can take to prompt miraculous healings, The LOVE frequency to radiate affection and resolve troubled relationships, Key changes you can make to overcome self-defeating patterns to prosper in all ways, How to sustain and celebrate LOVE as a core creative force, Master the mystery of sex, love and your true male/female identity, Easily and inexpensively produce 'holy water' critical for natural healing, The use of music, foods, language, prayer and faith to heal your life, The true meaning of your life, How to prosper, more than ever, by understanding the laws of nature, attraction, giving and receiving.

Pesan di dalam buku-buku itu sudah bisa ditebak, lupakan teknologi, ciptakan penyembuhan dari diri sendiri. Dia akan menunjukkan bagaimana caranya, cukup bayar sekian dolar, via transfer di rekening dan seterusnya. Buka saja FluScam.com dan ikutilah seluruh anjuran Dr. Leonard Horowitz, pasti begitu.

2. Dr. James Shannon

Setelah dilacak-lacak tentang quote dan Dr. James R. Shannon mantan direktur National Health Institute (NIH), ternyata koneksi keduanya cuma ditemukan di situs-situs anti vaksinasi saja.

Di situs anti vaksinasi asing kopiannya sebagai berikut 'Dr. James R. Shannon, former director of the National Institute of Health reported in December, 2003 that “the only safe vaccine is one that is never used'.

Memang ada mantan direktur NIH yang bernama Dr. James Augustine Shannon, lahir tahun 1904, tapi beliau telah meninggal tahun 1994 lalu di usia 89 tahun. Obituarinya bisa dilihat di http://www.nap.edu/readingroom.php?book=biomems&page=jshannon.html

Sejauh ini belum ada berita yang mengabarkan Dr. James Augustine Shannon bangkit dari kubur, lalu mengganti nama tengahnya, dan kemudian di tahun 2003 berpidato 'the only safe vaccine is one that is never used, dude!'. Ya, koneksinya cuma ketemu di situs-situs anti vaksinasi saja, yang semuanya menulis mantan direktur NIH Dr. James R. Shannon.

Mungkin ada direktur NIH bernama Shannon yang lain? Silakan cek di daftar direktur NIH http://www.nih.gov/about/almanac/historical/directors.htm.
Dengan kata lain, quote James Shannon yang dicopy paste berjuta kali itu cuma tipuan belaka.

3. Richard Moskowitz

Richard Moskowitz lahir pada tahun 1938, dan kuliah di Harvard (BA) dan New York University (MD). Setelah selesai sekolah kedokteran dia kemudian mengikuti 3 tahun studi pascasarjana di bidang Filsafat di University of Colorado.

Dia mengambil magang di Rumah Sakit St. Anthony, Denver, dan telah mempelajari kedokteran keluarga sejak tahun 1967, serta (katanya) membantu 800 kali kasus kelahiran di rumah.

Dengan latar belakang kedokteran oriental dan bentuk-bentuk penyembuhan alami, Dr Moskowitz belajar homeopati dengan George Vithoulkas di Yunani dan Rajan Sankaran di India.

Dia telah mempraktikkan metode klasik tersebut secara eksklusif sejak 1974, dan telah mengajar secara luas pada mata pelajaran homeopati dan yang berkaitan dengannya (pengobatan alternatif).

Silakan searching, di internet, banyak nama dokter Richard Moskowitz, tapi yang dicuplik pendapatnya di situs-situs anti vaksinasi adalah dokter Moskowitz yang ahli homeopati ini.

Jadi, sudah jelaslah ia adalah praktisi homeopati, sudah jelas bukan ahli vaksin atau imunisasi, dan tidak mewakili institusi Harvard University. Sudah jelas pula titik bias pendapatnya pada kasus imunisasi.

4. dr W. B. Clarke

Aktor fiktif lain, siapa itu dr W. B. Clarke? yang katanya seorang dokter di Indiana di tahun 1900an (iya, tahun 1900, belum ada laptop dan FB saat itu; yang dikutip di atas sana sebagai ahli kanker dari Inggris? keliru mengutip sepertinya). Orangnya saja sudah tidak jelas.

Silahkan coba untuk menemukan biografinya dan artikel aslinya yang menyatakan 'Cancer is essentially unknown prior to the obligation of smallpox vaccination was introduced. I had faced 200 cases of cancer, and none of those affected by cancer do not get vaccinated before'.

Anda hanya akan menemukan website-website komunitas anti-vaksin lain yang mengulang-ulang kutipan itu, lagi dan lagi, tanpa menunjukkan sumber dan artikel yang asli.

Selain Dr W. B Clarke ahli geologi terkenal (menurut wikipedia), tidak ada ahli lain yang bernama W. B Clarke yang dapat Anda akui quote dan artikel-artikelnya sebagai seorang dokter dan ahli kanker yang sahih.

Tolong perhatikan bahwa http://www.whale.to/ yang merupakan sumber dari berbagai artikel anti vaksinasi adalah merupakan situs pengobatan alternatif, Anda pasti tahu apa yang mereka selalu katakan tentang imunisasi.

5. Harris L. Coulter, PhD

Ya, Anda dapat menemukan ini di wikipedia: Harris L. Coulter, PhD (8 Oktober 1932 -) adalah seorang sejarawan medis dan dosen yang telah menerbitkan tulisan di berbagai bidang termasuk obat homeopati, kanker dan apa yang dianggapnya sebagai bahaya vaksinasi.

Coulter meraih gelar PhD pada 1969 dari Columbia University, NY, dalam disertasi berjudul 'Political and Social Aspects of Nineteenth-Century Medicine in the United States: The Formation of the American Medical Association and its Struggle with the Homeopathic and Eclectic Physicians' dari disertasinya saja sudah terlihat menentang sisi medis. Coulter telah dianggap 'sejarawan homeopati terkemuka akhir abad 20'.

Karya Coulter yang paling signifikan adalah empat jilid risalah tentang sejarah kedokteran Barat, Divided Legacy: A History of the Schism in Medical Thought, yang memerinci dua jalur yang berbeda pada pemikiran dan praktik medis sejak zaman Hippocrates hingga saat ini. Pendekatan rasional dan pendekatan empiris seperti yang diamati dalam sejarah filosofi.

Coulter telah bertugas di berbagai panel penasihat medis dan telah memberikan masukan tentang konflik antara American Medical Association (AMA) dan homeopati. Dari tahun 1965 sampai 1975, Coulter adalah direktur publikasi untuk American Foundation for Homeopathy, dan 1983-1989 ia menjabat di dewan editorial Journal of the American Institute of Homeopathy.

Coulter juga anggota dewan penasehat dari Campaign Against Fraudulent Medical Research. Coulter fasih berbahasa Jerman, Perancis, Spanyol, Latin, Rusia, Hongaria, dan Serbo-Kroasia.

Pandangan Coulter telah dikritik, misalnya tentang ide-idenya tentang bahaya vaksinasi. Yah, pendapat apa sih yang Anda harapkan dari ahli homeopati mengenai imunisasi?

6. Bernard G. Greenberg, PhD

Bagi Anda yang tertarik, inilah referensi yang lengkap bagi seluruh dunia untuk melihat (dan untuk menunjukkan bagaimana komunitas anti vaksin mendistorsi kebenaran) suatu bagian dari diskusi telah dipublikasikan dengan menutup keseluruhan isi diskusi, dengan tujuan pembohongan publik.

Quote di atas dikutip dari diskusi panel yang berjudul 'The Present Status of Polio Vaccine'" dengan moderator: Herbert Ratner, MD, panelis: Herald R. Cox, ScD, Bernard G. Greenberg, PhD, Herman Kleinman, MD, dan Paul Meier, PhD. Telah dipublikasikan di Illinois Medical Journal. Agustus, 1960. pp 84-93. (Diskusi Panel diedit dari transkrip yang dipresentasikan sebelum Section on Preventative Medicine and Public Health pada 120th Annual Meeting of the ISMS di Chicago, 26 Mei 1960.). Dapat dicari review diskusinya pada jurnal tersebut.

Posisi Dr Greenberg tidak menyatakan bahwa vaksin polio tidak efektif, posisinya adalah bahwa itu belum 'sangat' efektif. Dia juga tidak membuat pernyataan bahwa vaksin tersebut berbahaya.

Berikut adalah beberapa kutipan dari beliau tentang tren polio: "Without a doubt, the increasing trend has been reduced to some extent by the Salk vaccine".

"However, any future substantial reduction in this trend will require a more potent vaccine, not simply vaccinating more people. If there were no other vaccine, complete vaccination of all susceptible persons in the population with the Salk vaccine would be justifiable"

Potensitas (kekuatan) vaksin di sini yang dimaksudkan adalah fungsi untuk meningkatan jumlah antigen virus yang dilemahkan dalam vaksin Salk, atau menggunakan virus hidup seperti vaksin Sabin.

"Today it may be a serious mistake to be ultraconservative in accepting the new live virus vaccines under the impression that there is no hurry because an almost equivalent immunizer exists in the Salk vaccine. A delay in accepting and promoting better vaccines will be a costly one".

Greenberg mengatakan ini pada tahun 1960 (pada tahun 1961 vaksin monovalen Sabin mendapat lisensi). Dalam pernyataanya Dr Greenberg percaya vaksin Sabin adalah jawabannya, dan lebih baik dari vaksin Salk yang karena kendala teknis (virus propagasi dalam kultur sel) menghambat vaksin Salk untuk menjadi cukup kuat. Lihatlah, Greenberg tidak melarang vaksinasi kan?

Di kemudian hari, virus tersebut diadaptasikan dengan kultur sel microsphere terus menerus dalam sel Vero hingga dapat menghasilkan 10^9 virus per ml - dan itulah yang digunakan dalam vaksin polio (IPV) hingga hari ini.

Dengan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar virus dalam kultur sejak awal tahun 1970an, dan dengan diberantasnya polio liar di Amerika Serikat, IPV mengantikan OPV pada tahun 2000 untuk meniadakan kasus langka dari perubahan patogenik kembali dari vaksin Sabin. Thanks to dr. Greenberg.

7. Neil Z. Miller & Barbara Loe Fisher

Neil Z. Miller & Barbara Loe Fisher adalah promotor gerakan anti vaksin sejati, mereka meneliti (hingga mempublikasikan riset yang menunjukkan keburukan vaksin di jurnal ilmiah, meskipun penuh rekayasa) untuk komunitas anti vaksin. Apakah anda berharap mereka akan berkomentar netral dan objektif?

Coba Anda memasukkan keyword vaksin di google, akan anda temukan situs di daftar teratas bernama 'National Vaccine Information Center' (NVIC), seperti pusat informasi vaksin beneran ya.

Jangan salah, organisasi dan situs tersebut didirikan oleh Barbara Loe Fisher dan merupakan salah satu anti-vaksin kelompok tertua dan paling berpengaruh di AS, baru-baru ini bekerja sama dengan Joe Mercola untuk bekerjasama mempromosikan paham anti-vaksin.

Maka kalau baca di situ dijamin artikel-artikelnya yang anti vaksin jauh lebih profesional daripada artikel yang di atas. Tapi ingat siapa pembuatnya, memang tujuannya kan ke arah sana.

8. William Howard Hay, MD

Ada juga di wikipedia. Sang 'legendaris' William Howard Hay, MD (1866 - 1940)! adalah salah satu aktivis pengobatan alternatif ternama, terutama melalui diet.
Awalnya dia memang seorang dokter, tertular penyakit Bright (atau zaman sekarang disebut sebagai nefritis – peradangan pada ginjal). Dengan jantung bengkak dan hampir mati, putus asa karena tidak tertolong dengan metode medis saat itu.

Dr Hay mulai mencoba makan hanya makanan alami, (entah kenapa, beruntungnya) kondisinya membaik, menciptakan program diet Hay kemudian hari dan menjadi seorang naturalis.

Dia tidak pernah menulis Immunisation: The Reality behind the Myth, tapi kutipan di atas adalah bagian pidatonya di hadapan The Medical Freedom Society (komunitas pengobatan alternatif lain).

Pada tanggal 25 Juni 1937 (3 tahun sebelum meninggal (bayangkan baru sampai di mana teknologi kita tahun itu) di Pocono, Pennsylvania. Anda dapat dengan mudah mencari pidato epiknya yang mencantumkan quote yang dikopi di atas, pidato yang menjadi semacam kitab suci bagi komunitas anti-vaksin dan pengobatan alternatif

9. "Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician Participation"

Ini adalah kebohongan lain oleh komunitas anti vaksin! Publikasi JAMA berjudul “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician Participation”, pada tahun 20 Februari 1981 diambil secara sangat parsial dan sangat didistorsi. Baca keseluruhan artikel asli penelitian tersebut di PubMed, Anda pasti akan tersenyum.

Itu hanya separuh pembahasan dari lelucon komunitas anti-vaksin. Banyak yang kemudian mencampuradukkan dengan dalil agama, silakan. Tapi ingat juga, karya komunitas anti vaksin yang dicampur adukkan asalnya juga dari mana.

Pertanyaannya kemudian mudah, referensi sebenarnya gampang di cari, kalau memang ada bukti mari berdebat secara ilmiah, jangan langsung percaya sama artikel yang darimana entah kemana tujuannya.

Penulis





dr. R. Yuli Kristyanto
PNS dokter di Pemda Sleman, DIY yang bertugas di Puskesmas Godean II

* Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan dan diedit atas seizin penulisnya. Penulis lebih terkenal dengan nama Julian Sunan yang merupakan nama penanya sejak duduk di bangku SMA.

sumber :  http://health.detik.com/read/2012/06/20/180324/1946498/775/fakta-di-balik-kampanye-hitam-anti-vaksin