Oleh : Muhaimin Iqbal
Dua
setengah tahun berlalu sejak saya melalui situs ini mengajak masyarakat untuk mulai menanam kurma. Masalah
demi masalah Alhamdulillah mulai teratasi, dan kini bahkan sudah hadir Asosiasi
Kurma Indonesia atau Indonesian Date Palm Association –
yang per hari ini anggotanya mendekati 700-an orang. Bila pertanyaan besar
tentang berbuah-tidaknya kurma di Indonesia sudah saya jawab melalui
tulisan Paket Ekonomi Berbasis Kurma dan Domba,
pertanyaan besar berikutnya adalah bagaimana masyarakat perkotaan yang tidak
memiliki lahan-pun bisa ikut bertanam kurma ?
Saya
ada setidaknya dua jawaban untuk ini, pertama adalah menanam kurma dalam pot
atau yang dikenal dengan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Metode ini di
Indonesia sudah banyak dilakukan untuk buah-buah lokal Nusantara seperti aneka
jambu dan mangga.
Di
Thailand petani kurma juga menggunakan teknik ini untuk mendeteksi kurma jantan
dan betina. Jadi kurma-kurma yang dibiakkan melalui biji, ditaruh dahulu dalam
pot atau polybag – sampai usia berbunga. Setelah berbunga kelihatan jantan atau
betinanya baru ditanam secara permanen di lahan. Diperbanyak tanaman betinanya
karena satu jantan cukup untuk membuahi 20-an betina.
Di
kita teknik tabulampot ini bisa untuk menyiasati ketiadaan lahan untuk menanam
kurma. Satu pohon kurma idealnya membutuhkan lahan minimal 64 m2 , sedangkan
rata-rata masyarakat perkotaan tidak memiliki halaman seluas ini. Lantas
bagaimana cara mengakalinya ?
Menanam
kurma di atap rumah dapat menjadi solusinya. Hanya karena atap rumah tidak
terbuat dari tanah yang subur, maka menaman melalui pot yang ditaruh di atap
rumah dapat menjadi pilihan. Berbagai manfaat dapat diperoleh dengan cara ini.
Pertama
kita tetap bisa menanam kurma di rumah meskipun rumah kita hanya memiliki
halaman terbatas sekalipun. Kedua, kurma yang ditanam di atap rumah memiliki
akses matahari terbaik – yang memang sangat diperlukannya – sehingga kurma yang
ditanam di atap rumah cenderung memiliki pertumbuhan yang baik. Dan ketiga, atap
rumah kita-pun menjadi hijau dan sejuk !
Meskipun
menjadi solusi bagi yang ingin menanam kurma sebagai klangenan atau lifestyle,
harus diakui bahwa menanam kurma melalui tabulampot belum ideal untuk yang
ingin menanamnya secara serius dan professional. Adakah solusi untuk yang kedua
ini, khususnya bagi mansyarakat pekerja perkotaan yang tidak memiliki lahan dan
juga tidak memiliki waktu untuk menekuni tanaman kurmanya ?
Yang
inipun sudah kami pikirkan dengan jawaban yang kedua. Dalam waktu yang tidak lama
lagi, Anda akan dapat menanam kurma dengan cara menyewa lahan jangka panjang
lengkap dengan tenaga yang akan merawatnya setiap hari. System yang kami miliki
di iGrow sangat memungkinkan untuk ini, tinggal dicari lahan yang berpeluang
terbaik untuk tumbuhnya kurma ini di daerah yang tidak terlalu jauh dari
Jakarta dahulu – agar mudah menjangkau pasarnya.
Beberapa
lokasi yang sudah kami survey yang kemungkinan cocok adalah Pandeglang,
Indramayu, Subang dan Majalengka – semuanya kini sudah terhubung melalui jalan
tol ke Jakarta – kecuali Pandegalang yang jalan tolnya baru akan selesai tahun
2018.
Apa
sih menariknya pohon kurma ini sehingga sering sekali saya ulas di situs ini
bahkan saya usulkan menjadi paket ekonomi bersama domba, untuk menyelamatkan negeri ini dari krisis
ekonomi khususnya pangan ?
Teman
baik saya seorang pejabat senior di Bank Indonesia yang ikut mendalami kurma
ini – bahkan beliau sempat mempelajarinya langsung dari petani-petani kurma
yang sukses di Thailand. Beliau sampai pada kesimpulan satu pohon kurma
memiliki nilai ekonomi setara dengan satu hektar sawit !
Saya
sendiri semula kaget dengan hitungan beliau ini, tetapi setelah saya coba
hitung sendiri– ternyata memang demikianlah adanya. Satu hektar pohon sawit
yang baik rata-rata menghasilkan 30 ton per tahun, saya ambil contoh harga
sawit yang berlaku di Kalimantan Timur saat
ini adalah Rp 1,150/kg TBS (Tandan Buah Sawit). Maka hasil tahunan 1
hektar lahan yang ditanami sawit yang baik saat ini adalah Rp 34.5 juta.
Kurma
tropis yang tumbuh di Thailand bisa mencapai 300 kg/pohon per tahun. Rata-rata
di dunia – umumnya di tanah empat musim dan kering sekitar 80 kg/pohon per
tahun. Saya ambil data yang konservatif saja karena di Indonesia belum memiliki
statistic keberhasilan tanaman kurma, sedikit di atas negeri kering empat musim
– tetapi masih jauh dari Thailand – misalnya di angka 100 kg/pohon per tahun.
Teman
saya di Indramayu menjual kurma segar panenannya Rp 350,000/kg , di Arab
pasarannya SAR 100,- atau sekitar Rp 366,000/kg. Saya ambil harga yang di
Indonesia saja Rp 350,000,-. Jadi 1 pohon kurma berpotensi menghasilkan Rp 35
juta per pohon per tahun bila dijual dalam kondisi segar. Sekarang Anda juga
bisa melihat, potensi hasil 1 pohon kurma ini bahkan lebih tinggi dari potensi
hasil 1 hektar pohon sawit !
Untuk
meningkatkan kepastian hasil dan menurunkan tingkat resiko bagi para pioneer
penanam kurma di Indonesia, banyak hal yang sudah dan bisa kita lakukan.
Misalnya melalui Asosiasi, kini kami sudah bisa mengimpor langsung bibit-bibit
kurma yang sudah jelas kelaminnya (betina) dari sejumlah pembibit ternama di
luar negeri. Anggota asosiasi bisa memperoleh bibit at cost (tidak ada unusr
keuntungan) dengan cara memesannya langsung ke Asosiasi.
Kemudian
secara matematika, resiko juga bisa dikurangi dengan menanam lebih banyak dan
menyebar. Bila secara sangat konservatif kita asumsikan keberhasilan tanaman
kurma kita hanya 10 % misalnya, maka 1 hektar yang ditanami 160 pohon kurma –
masih berpeluang berbuah sebanyak 16 pohon.
Karena
1 pohon kurma setara 1 hektar sawit hasilnya, maka dengan tingkat keberhasilan
10 %-pun tanaman kurma kita insyaAllah masih memberikan hasil 16 kali dari
tanaman sawit !
Ada
cara lain lagi untuk mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan secara
jitu, yaitu menunggu saja hasil tanaman kurma para pioneer tersebut. Tunggu
setelah para pioneer tersebut berhasil menanamnya dengan baik, dimana dengan
cara apa dlsb. baru setelah itu ditiru. Trade-off-nya dari strategi wait and
see ini adalah Anda akan ketinggalan waktu sekitar 5 tahun.
BIla
dalam urusan kurma ini di Indonesia, para pioneernya ketinggalan sekitar 17
tahun dari Thailand, Anda yang menunggu kami berhasil akan ditambah 5 tahun
lagi – jadi akan ketinggalan 22 tahun dari para petani kurma di Thailand.
Hitungan
saya bisa saja keliru, tetapi satu hal pasti – bahwa di rumah yang ada kurmanya
penghuninya tidak akan kelaparan – karena ini adalah sabda Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang kita yakini kebenarannya.
Untuk
membuktikan keyakinan inilah saya ajak-ajak sebanyak mungkin orang bisa menanam
kurma dan berupaya keras meningkatkan keberhasilannya dengan menggalang
kekuatan berbagai sumber termasuk membentuk Asosiasi Kurma Indonesia tersebut
di atas.
Berikut
adalah panduannya, bila Anda ingin mulai menanamnya di teras atau atap rumah
Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar