Setiap orang yang menyia-nyiakan hidupnya pasti akan menyesal ketika
datang sakaratul maut. Dia akan meminta diperpanjang usianya, walau
hanya sebentar, agar dapat mengejar sesuatu yang luput darinya.
Bagaimana mungkin bisa, sedangkan yang lalu telah berlalu, dan kini
telah datang sesuatu yang lain. Dan setiap orang akan menyesal sesuai
dengan kadar kelalaiannya karena menyia-nyiakan kesempatan. Bagi orang
kafir, Allah telah menfirmankannya;
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ
ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ
وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا
لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada
waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang
dzalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke
dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi
seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan):
“Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu
tidak akan binasa?.” (QS. Ibrahim: 44)
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ
قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap
yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mukminun: 99-100)
Dan setiap orang akan menyesal sesuai dengan kadar kelalaiannya karena menyia-nyiakan kesempatan.
Namun, Allah sudah membuat ketetapan yang tak akan dirubah-Nya,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak
dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34)
Bagi orang beriman yang suka menunda-nunda amal shalih sehingga datang kematian, maka Allah firmankan.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ
قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku
termasuk orang-orang yang shaleh?” (QS. Al Munafiqun: 10)
Lalu Allah menjawab, bahwa Dia tidak akan memberi tangguh kepada seseorang jika sudah tiba ajalnya.
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya.” (QS. Al Munafiqun: 11) karena Allah
mengetahui siapa yang benar dalam ucpannya, maka ia akan dibalas sesuai
amal dan niatnya.
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang
shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” perkataan orang kafir ketika
datang kematiannya
Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, dari Ibnu Abbas rahimahullah,
berkata: “barangsiapa yang memiliki harta yang sudah bisa
menyampaikannya untuk berhaji ke Baitullah atau mewajibkannya zakat,
tapi tidak juga melaksanakannya, pasti ia akan minta raj’ah
(dikembalikan lagi ke dunia) ketika sudah mati.” Ada seorang berkata,
“wahai Ibnu Abbas bertakwalah kepada Allah! sesungguhnya yang minta
dikembalikan lagi ke dunia adalah orang kafir.” Ibnu Abbas menjawab,
“aku akan bacakan kepadamu ayat Al Qur’an tentang hal itu.” Lalu beliau
membaca Surat Al Munafiqun ayat 9 sampai ayat 11.
Apa yang membuat mereka menyesal?
Penyesalan mereka dikarenakan tidak bisa menggunakan kesempatan hidup
untuk menyiapkan bekal akhirat. Maka tatkala mereka memasuki gerbang
akhirat tanpa membawa bekal, dan sudah melihat apa yang dijanjikan dan
diancamkan di dalamnya maka mereka menyesal dan ingin diberi kesempatan
hidup sekali lagi, walau sebentar, untuk menyiapkannya. Oleh karenanya,
benar apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu
(nikmat) sehat dan waktu luang.” (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)
Hadits ini menunjukkan, siapa yang tidak memanfaatkan nikmat sehat
dan waktu luang untuk hal-hal yang semestinya maka dia benar-benar telah
merugi. Sebab, dengan melakukan hal yang tidak berguna, dia telah
menukar dua nikmat yang agung itu dengan harga yang murah.
Ibnu Baththal rahimahullah menjelaskan tentang makna hadits di atas,
“seseorang tidak memiliki waktu longgar sehingga hidupnya tercukupi dan
badannya sehat. Karenanya, siapa yang mendapatkannya hendaknya
memperhatikannya agar tidak merugi karena tidak bersyukur terhadap
nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya. Dan salah satu cara
mensyukuri nikmat Allah adalah dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Barangsiapa yang tidak memanfaatkan kesempatan
itu maka dia telah merugi.”
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “barangsiapa menggunakan kedua
nikmat tersebut dalam kemaksiatan kepada Allah, maka ia telah tertipu
(rugi).”
“Barangsiapa menggunakan kedua nikmat tersebut dalam kemaksiatan kepada Allah, maka ia telah tertipu (rugi).” Ibnul Jauzi
Memang sedikit orang yang bisa memanfaatkan kesempatan tersebut.
Terkadang seseorang berada dalam kondisi sehat, tapi tidak memiliki
waktu luang untuk beribadah dan beramal shalih karena kesibukannya
mencari nafkah. Sebaliknya, terkadang hidup seseorang telah
berkecukupan, namun dia dalam kondisi tidak sehat sehingga dia juga
tidak bisa beribadah lebih kepada Allah. Karenanya, jika kedua nikmat
tersebut berkumpul dalam diri seseorang, namun dia dikalahkan oleh sifat
malas untuk menjalankan ketaatan maka dia telah merugi.
Sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat. Di dalamnya ada cocok tanam
yang hasilnya akan dipanen di akhirat. Maka dari itu, siapa yang
menggunakan waktu sehat dan luangnya untuk ketaatan kepada Allah maka
dialah orang yang berbahagia. Sebaliknya, siapa yang menggunakannya
untuk bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang merugi. Sungguh
waktu luang akan diikuti oleh kesibukan dan sehat akan diikuti oleh
sakit.
Sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat. Di dalamnya ada cocok tanam yang hasilnya akan dipanen di akhirat.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada seseorang yang sedang dinasihatinya;
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْل خَمْس ، شَبَابك قَبْل هَرَمك ، وَصِحَّتك
قَبْل سَقَمك ، وَغِنَاك قَبْل فَقْرك ، وَفَرَاغك قَبْل شُغْلك ،
وَحَيَاتك قَبْل مَوْتك
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya; masa
mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu
sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan
hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dengan syarat al
Bukhari dan Muslim dan diriwayatkan juga oleh Ibnul Mubarak dalam az
Zuhd dengan sanad shahih dari riwayat mursal Amru bin Maimun).
Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma pernah berkata,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا
تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ
لِمَوْتِكَ
“Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan
jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore.
Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.”
(HR. Bukhari)
. . . Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi
dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya
sore. . . .
Sudah seharusnya seseorang selalu mempersiapkan bekal dirinya untuk
menghadapi kondisi setelah kematian. Yaitu dengan mengerjakan amal
shalih dan bertaubat dari semua dosa, karena kematian bisa datan secara
tiba-tiba.
Imam Al Bukhari rahimahullah membuat satu bab dalam Shahihnya, “Bab
Kematian yang Datang Tiba-tiba,” lalu beliau menyebutkan hadits Sa’ad
bin Ubaidah ketika berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“sesungguhnya ibuku telah meninggal dengan mendadak, dan aku yakin
seandainya ia bisa berbicara sebelum itu, pastilah ia ingin bersedekah.
Maka dari itu, apakah dia akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah
untuknya? Beliaupun menjawab, “ya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar