Oleh Yulia Kurniawati
Ilmu dan Teknologi Pangan angkatan 2010
Universitas Muhammadiyah Malang
Malnutrisi (kurang gizi) disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kekurangan asupan protein, kalori, vitamin dan mineral serta seringnya terjadi peradangan. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Menurut Katharina(2007), beberapa study menunjukkan pertumbuhan buruk pada anak menyebabkan perkembangan mental dan kemampuan belajar serta kemampuan intelektual yang rendah. Konsekuensi jangka panjang, masalah kekurangan gizi anak menjadi permasalahan besar di kemudian hari. Bayangkan jika generasi muda bangsa terdiri atas orang-orang bermental buruk, bodoh, dan memiliki kemampuan intelektual yang rendah. Bagaimana generasi muda dapat memimpin suatu bangsa yang besar?
Namun sejak tahun 2000, pemerintah telah melakukan upaya untuk menanggulanginya melalui program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan dan Proyek Pengembangan Sektor Kesehatan dan Nutrisi. Program tersebut menitikberatkan pada pelayanan kesehatan, kebidanan dan persalinan, sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian makanan tambahan serta revitalisasi posyandu. Namun, usaha tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan dalam waktu yang cukup lama. Karena pada tahun 2005, penderita malnutrisi di indonesia masih terlampau tinggi.
Salah satu cara untuk mendukung program pemerintah adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat desa untuk mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi. Makanan bernutrisi tinggi tersebut tidak harus mahal, karena tanaman pagar pun dapat menghasilkan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian masyarakat, contohnya kelor. Tanaman ini sering disepelekan oleh masyarakat, sehingga pemanfaatannya pun belum optimal.
Oleh masyarakat, Biasanya daun kelor hanya dimanfaatkan untuk makanan hewan ternak serta peluntur ilmu hitam. Dan bijinya dimanfaatkan untuk penjernih air. Namun, penelitian pakar medis membuktikan bahwa daun kelor mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menurut Katharina(2007), nutrisi yang terkandung dalam 100g kelor segar dibandingkan dengan 100g makanan yang lain adalah 6.80g protein (terdiri dari 9 asam amino yang sangat penting untuk tubuh) yang setara dengan dua kali protein pada yoghurt, 1.70g lemak, 12.5g karbohidrat, 6.78mg vitamin A yang sama dengan empat kali vitamin A pada wortel, 220mg vitamin C yang setara dengan tujuh kali vitamin C jeruk segar, 440mg kalsium yang setara dengan empat kali nkalsium pada susu, 259mg kalium yang setara dengan tiga kali kalium pada pisang, 0.85mg zat besi yang setar dengan tigaperempat kali zat besi pada bayam.
Sedangkan bila daun kelor dikeringkan (dalam ruangan) dan ditumbuk, nutrisinya dapat meningkat berkali-kali lipat, kecuali kandungan vitamin C nya. 100g bubuk daun kelor kering dibandingkan denagn 100g makanan yang lain, mengandung protein 9x lebih banyak dibandingkan yoghurt, vitamin A 10x lebih banyak dibandingkan pada wortel, kalsiumnya 17x lebih banyak dibandingkan susu, kaliumnya 15 kali lebih banyak dibandingkan pisang, serta zat besu(iron) 25x lebih banyak dibandingkan bayam. Kandungan gizi daun kelor kering tersebut m,erupakan hasil analisis Lowell J. Fugglie, inggris, dalam proyek AGADA (Alternative Action for African Development) (Katharina, 2007).
Meningkatnya kandungan nutrisi dalan daun kelor kering disebabkan karena kandungan air dalam daun kelor segar menguap, serta panas menyebabkan kandungan nutrisi yang tersembunyi melepaskan ikatannya. Dengan meningkatnya kandungan nutrisi tersebut, pengolahan daun kelor sebagai campuran dalam bahan makanan dapat menambah nutrisi yang terkandung dalam makanan olahan, seperti kue, biskuit dan lain-lain. Sehingga dapat diperoleh makanan yang lezat sekaligus bernutrisi tinggi.
Selain itu, biji kelor pun dapat dimanfaatkan sebagai pemurni air, kosmetik, obat-obatan serta sumber minyak goreng nabati. Biji kelor yang telah kering mengandung 40% lemak tak jenuh, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif minyak sawit.
Dapat disimpulkan kelor mengandung banyak nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. bila dalam kondisi kering, nutrisinya akan mengganda berkali-kali lipat. Sehingga dapat berfungsi memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh. Namun kelor masih belum dibudidayakan secara optimal serta olahannya pun masih sangat minim ditemukan di masyarakat. Sehingga peluang pasarnya masih sangat besar bila ingin mengolah dan memproduksinya dalam jumlah besar. Diharapkan pemerintah bekerja sama dengan lembaga terkait untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang kandungan gizi kelor, manfaat serta alternatif pengolahannya, agar masyarakat tidak memandang sebelah mata terhadap tanaman ini dan bersedia membudidayakannya, demi berkurangnya kasus malnutrisi di Indonesia serta tercipta kondisi ekonomi masyarakat yang lebih baik
Daftar pustaka
Katharina, N, dkk. 2007. Cegah Malnutrisi Dengan Kelor. Yogyakarta: Kanisius.
Dhiya. 2008. Kandungan Senyawa Kimia pada Biji Kelor, Karakteristik Baik dari Sifat Fisik
Maupun Sifat Kimia Minyak Kelor? (online)
http://artikelpanganhmppi.wordpress.com/februari-2011/kelor-penuhi-kebutuhan-nutrisi-harian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar