Belajar Swasembada Pangan Dari Kisah Nabi Yusuf Dalam Alqur'an

Oleh : Supriyadi

Swasembada pangan salah satu hal penting dalam Negara. Swasembada pangan bahkan surplus adalah cita cita negara. Ketahanan pangan penting bagi ketahanan negara. Bahkan swasembada pangan jadi tolak ukur kuatnya sebuah negara. Negara akan rapuh hilang kekuatan bila kekurangan pangan. Bahkan dalam perang pangan jadi hal yang penting. 


Maka negara berupaya keras, mengucurkan banyak anggaran untuk mencapai swasembada pangan. Namun ternyata upaya negara untuk mencapai swasembada pangan berkelanjutan masih belum berhasil. Ada kisah sejarah kalah berperang sebelum berperang karena lumbung pangan habis di bakar. Ketahanan pangan tidak kalah penting dengan ketahanan militer. Adakah solusi terbaik untuk masalah pangan ini?. Sudah banyak penelitian dan kajian untuk mencapainya namun belum dapat tercapai. Sudah berbagai program, cara yang ditempuh untuk mencapai swasembada, namun masih jauh dari harapan. Lagi lagi impor jadi solusi. Adakah solusi yang lebih baik dari semua program yang telah ditempuh?

Sebagai umat islam yang beriman pada Allah SWT, tentu juga beriman pada kitab Al-Qur'an  yang diturunkan pada Nabi Nya sebagai petunjuk bagi manusia. Bila datangnya dari Allah sudah pasti kebenarannya. Lalu apakah Alquran menjelaskan tentang swasembada pangan? Ya, bila kita baca dan kaji Al-Qur'an maka akan banyak kita temukan Al-Qur'an menjelaskan tentang swasembada pangan, bahkan ada yang lengkap.

Kisah Nabi Yusuf yang ada dalam surat Yusuf dalam Alqur'an berisi solusi swasembada pangan. 7 tahun tahun masa subur dapat mencukupi (swasembada red) 7 tahun bahkan bisa mencukupi 7 tahun masa kering setelahnya. Jadi tanam 7 tahun bisa cukup untuk 14 tahun. Bahkan tak hanya untuk Mesir, tapi hingga negeri Syam Palestina negeri Nabi Ya'kub.

Negeri ini yang hanya 2-6 bulan kering dari 12 bulan setahun masih belum mampu swasembada pangan, bahkan satu komoditipun belum. Maka kita harus kembali belajar pada kisah Nabi Yusuf. Kembali pada petunjuk Ilahi yang sudah terbukti. Kembali pada Alqur'an, petunjuk bagi orang yang beriman, yang tiada keraguan padanya.

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur'an surat Yusuf mengandung pelajaran mahal tentang swasembada pangan. Berawal dari mimpi raja melihat tujuh sapi yang gemuk habis dimakan tujuh sapi yang kurus, tujuh bulir gandum yang hijau habis dimakan tujuh gandum yang kering.

43. Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering". Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta´bir mimpiku itu jika kamu dapat mena´birkan mimpi".

Ahli mimpi kerajaan tidak mampu menakwilkan mimpi raja. Kemudian mereka ngeles, mencari alasan

44. Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta´birkan mimpi itu".

45. Dan berkatalah orang yang selamat diantara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena´birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)".
46. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya". 

Kemudian Allah memberikan ilmu kepada Nabi Yusuf untuk menakwilkan mimpi itu 

47. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. 
48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". 

Pelajaran penting dalam swasembada pangan dalam kisah Nabi Yusuf ada tiga yang utama. Penanaman, penggunaan hasil dan penyimpanan.

Penanaman.

Menanam selama 7 tahun masa subur. Menanam sebanyak mungkin dan seluas mungkin. Ini perlu dukungan kebijakan penguasa. Raja mengangkatnya menjadi orang yang dekat dengannya. Maka Nabi Yusuf menawarkan diri menjadi pejabat Bendaharawan Negeri Mesir.

54. Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". 

55. Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

Tidak cukup intensifikasi tapi ekstensifikasi agar bisa swasembada. Maksimalkan lahan yang sudah ada, perluasan lahan yang belum digarap, lahan tidur. Lahan yang dijadikan investasi tapi tidak dimanfaatkan, ditanami. Ini juga pelajaran bagi kita dalam investasi.

Kebijakan menanam lahan baru, lahan tidur, terbengkalai saja telah menjadikan para budak masa itu menjadi tuan. Memerdekakakan budak, menghapus kemiskina. Ini juga pelajaran penting. Manfaatkan bila sedang berkuasa, kebijakan memiliki pengaruh besar bagi bangsa.

Ada satu hal penting tentang lahan. Dalam kisahnya lahan kosong boleh ditanami dimakmurkan dan boleh diwariskan. Bahkan tanah yang hanya dikuasai tapi tidak ditanami dimakmurkan, hanya untuk investasi tapi diterlantarkan, diserahkan pada yang mau memakmurkannya.

Hal ini juga di contohkan oleh Nabi Muhammad ketika hijrah ke Madinah, beliau memotifasi sahabat memakmurkan lahan kosong tidak dimanfaatkan. Para sahabat ambil bagian dalam memakmurkan bumi. Sampai pada masa Umar dan para pemimpin muslim setelahnya. Kebun zaitun di Andalusia juga menjadi bukti peninggalan peradaban islam

Insentif hasil panen bagi petani, pembebasan pajak tanah, dan zakat bagi yang masuk nisob juga jadi faktor keberhasilan.

Pelajaran penting. Menanam biji yang kita makan menjadi salah satu kunci sukses swasembada. Bila kita rajin menanam biji yang kita makan maka beberapa tahun kemudian akan panen tak perlu lagi impor, tak perlu lagi beli. Apasaja yang kamu tanam, kemudian dimakan hewan, manusia dan butung maka akan menjadi sedekah bagimu. Bila kita sekarang makan dari tanaman yang ditanam orang terdahulu. Tidakkah kita ingin meninggalkan untuk generasi mendatang, anak cucu keturunan kita

Pelajaran penting perbenihan.

Sebagian dari hasil panen dipilih untuk benih. Bila ini kita terapkan, selalu memilih sebagian setiap panen dalam beberapa musim panen saja maka kita dapatkan benih unggul terpilih dan terseleksi. Tidak harus beli, tidak harus ikut sertifikasi, tidak perlu label

Bila sebagian benih itu sepuluh persen saja ada 500-800 kg benih padi terseleksi per hektar. Cukup untuk 25-40 hektar. Musim berikutnya perlu lahan luas untuk penanaman benih yang sudah terseleksi

Pengelolaan hasil panen.
Sebagian disimpan, sebagian/sedikit yang dimakan, sebagian/sedikit yang dijadikan benih.

Sedikit untuk dimakan.
Ini juga pelajaran penting bagi kita agar secukupnya saja dalam makan, jangan berlebihan apalagi mubazir. Berlebihan hanya akan menambah berat badan, menambah lemak, kolesterol dan menambah resiko penyakit. Makan secukupnya menjadikan kita lebih sehat, badan tetap proporsional, langsing tanpa perlu diet atau ikut program ketofastosis.

Dengan makan secukupnya, kita juga ikut mensukseskan swasembada pangan. Kalau saja satu orang berhemat atau tidak memubazirkan 1 kg saja setahun maka Indonesia menghemat 262 juta kg per tahun atau 262.000 ton per tahun. Hebat kan.  Kalau hasil padi rata-rata 5 ton per hektar maka 262.000 ton = 52.400 hektar. Itu baru 1 kg. Padahal banyak terjadi mubazir, di tempat pesta, rumah makan, restoran, dan juga dirumah rumah kita. Seringkali makanan terbuang karena tidak termakan.

Penyimpanan.

Dalam kisah Nabi Yusuf juga terdapat pelajaran penting dalam penyimpanan. Teknologi penyimpaaan bahan pangan gandum selama 14 tahun. Setelah dituai disimpan bersama tangkainya/dibiarkan ditangkainya. Tidak ditreser. Selain awet ada pelajaran penting lainnya. Bagi saya petani juga peternak, ini jadi pelajaran penting. Tangkai jerami yang ikut disimpan dapat dijadikan sumber pakan ternak pada musim kering. Jadi pada musim kering selama 7 tahun ternak masih ada stok pakan ternak. Masih swasembada daging. Sungguh ini suatu pelajaran penting
Swasembada pangan selama 14 tahun perlu infrastruktur yang memadai. Lumbung pangan, akses jalan, irigasi dll.

Penyimpanan benih selama tujuh tahun tanpa freezer dengan daya tumbuh yang baik juga pelajaraan penting bagi kita.
Sebaik baik manusia yang paling banyak manfaatnya

Salah satu teknologinya adalah menyimpan padi pada tangkainya. Ada hasil penelitian dr Dr. Bal'abid dr Maroko.

Kembali ke penyimpanan. Dibangunnya infrastruktur gudang/lumbung pangan jadi penting swasembada pangan berkelanjutan selama 14 tahun. Kapasitas yang besar memungkinkan penyimpanan over produksi, mengendalikan harga. Petani aaan jadi semangat, tak khawatir harga jatuh saat panen raya. Panen melimpah, berarti bisa nabung dilumbung.

Dulu ketika masih ada lumbung, petani paling kuat ketahan pangannya. Tapi kini tanyalah kepetani hanya beberapa saja yang punya stok pangan dirumahnya. Miris lihat petani beli beras, bahkan ada yang setelah panen tidak ada yang mampir kerumahnya karena habis bayar hutang. Pengalaman ortu nyimpan gabah (bukan beras) setahun masih aman dengan cara sederhana. Paling tikus dan kutu jadi hamanya. Saya yakin ada anggota grup ini yang punya teknologinya. Bila ini di diseminasikan ke petani, bank bisa goyah. Lebih untung nyimpan gabah dari pada nyimpan duit di bank (ngeRibanget)


Swasembada Daging 
Penyimpanan gandum bersama tangkainya. Dari sisi peternakan. Tangkai gandum/jerami umum digunakan untuk pakan ternak bahkan sampai sekarang. Jerami sebagai sumber pakan serat bagi ternak. Bika dipadukan dengan polar gandum dapat jadi paduan ransum yang cukup untuk ternak. Penyimpanan keduanya gandum dan tangkainya akan menjamin ketersediaan dan kontinyuitas bahan pangan sekaligus bahan pakan. Gandum dan padi mirip. Gandum sumber karbohidrat, menghasilkan jerami dan polar. Padi sumber karbohidrat juga menghasilkan jerami dan dedak. Berlimpahnya stok dedak pada musim panen harga rendah dan langkanya dedak dimusim tanam dan musim kering di negeri ini salah satunya karena tidak ada penyimpanan. Yang ada penyimpanan beras. Ketika didistribusikan tidak layak makan. Selain itu juga mengganggu keberhasilan ternak. Mungkin ini bisa jadi dasar kebijakan penyimpanan dalam bentuk gabah

Semoga kisah Nabi Yusuf ini menjadi pelajaran kita semua, terutama saya. Ini beberapa hikmah yang baru mampu disampaikan dari keterbatasan ilmu pengembala kambing. Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita. Semoga makin banyak hikmah dalam Alqur'an yang tergali dari para pakar di grup ini juga dari para ulama negeri ini.
Semoga mimpi swasembada pangan 14 tahun, berkelanjutan bisa tercapai dengan mengikuti petunjuk dari Allah Swt Alqur'an

2 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq^^com...
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus
  2. Mengenal Tentang Ayam Aduan Suro Dukun
    Tips Ayam Aduan

    BalasHapus