Surga Lebih Dekat Kepada Seseorang Daripada Tali Sandalnnya
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Menjadikan
surga sebagai balasan terbaik bagi orang beriman. Menjadikan neraka
sebagai ancaman dan tempat persinggahan terakhir bagi orang kafir yang
ingkar.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda
Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, teladan dalam menuju surga
dengan usaha dan doa. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada
keluarga dan para sahabatnya.
Setiap kita pasti berharap masuk
surga. Tak seorangpun yang menginginkan mejadi penghuni neraka. Namun
tahukan kita bahwa surga itu didapatkan dengan kesungguhan dan siap
menanggung beban berat. Sementara neraka dimasuki dengan menuruti
syahwat dan mengumbar maksiat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Neraka diliputi oleh syahwat sedangkan surga diliputi oleh sesuatu
yang tidak disuka." (Muttafaq 'Alaih, lafaz milik Al-Bukhari dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Lafaz hadits di atas merupakan
bagian dari Jawami' Kalim (kalimat ringkas yang penuh makna) Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mencela syahwat walau jiwa ini
cenderung kepadanya, juga dalam menganjurkan berbuat ketaatan walau jiwa
ini tidak menyukainya dan merasa berat menjalankannya. Di mana
seseorang yang berkeinginan masuk surga itu harus mampu menundukkan
diri/jiwanya untuk menjalankan beban syariat dari Allah dalam bentuk
mengerjakan perintah atau meninggalkan larangan-larangan dengan
perkataan maupun perbuatan. Dan maksud surga diliputi dengan makarih
(sesuatu yang tak disuka) karena beratnya beban yang harus ditanggung
dan pelaksanaannya yang sulit, bersabar atas musibah dan menerima
keputusan Allah dengan lapang dada.
Sementara untuk masuk
neraka tidak demikian, ia bebas berbuat apa saja dan menikmati dunia
sekehendaknya tanpa memperhatikan larangan-larangan syariat. Orang yang
ingin masuk neraka juga tak perlu repot memenuhi panggilan shalat,
menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan. Jika ingin mabuk, maka ia mabuk.
Jika ingin zina, maka ia berzina. Jika ingin mencuri, ia mencuri, jika
mau korupsi, ia korupsi. Tak perlu ia memperhatikan perintah Allah dan
tak perlu ia mengindahkan larangan-Nya. Namun, kelak ia dimasukkan ke
dalam neraka yang siksanya tak ada bandingnya.
. . untuk
masuk neraka tidak demikian, ia bebas berbuat apa saja dan menikmati
dunia sekehendaknya tanpa memperhatikan larangan-larangan syariat . . .
Allah Ta’ala berfirman:
فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
"Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api
neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS.
Al-Hajj: 19)
Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka
pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu
saja, al-hamim (air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan
disiramkan ke atas kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari
menjadi ahli neraka!
Kemudian Allah melanjutkan,
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ
"Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut
mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya
panas air tersebut. Saat disiramkan di atas kepala, maka air tersebut
akan menghancurkan isi perut; daging, lemak, dan ususnya. Yakni isi
perutnya meleleh karena panasnya air neraka yang mendidih tersebut.
Sehinggapun kulit mereka juga meleleh. Kita memohon keselamatan kepada
Allah dari beratnya siksa neraka.
Selanjutnya Allah berfirman,
وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ
"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21)
Maqami’ itu semacam palu atau martil dari besi yang dipukulkan ke
kepala mereka. Maka ketika mereka hendak keluar dari neraka, dipukulkan
martil-martil tersebut di atas kepala mereka supaya siksa tidak terputus
dari mereka. “Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran
kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada
mereka dikatakan): "Rasailah adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj:
22)
. . . jika ingin masuk surga dan dijauhkan dari neraka
maka seseorang haruslah bersungguh-sungguh mengerjakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya.
Dan terkadang perintah-perintah tersebut bukan sesuatu yang besar menurut kita. . .
Pada ringkasnya, jika ingin masuk surga dan dijauhkan dari neraka maka
seseorang haruslah bersungguh-sungguh mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Dan terkadang perintah-perintah tersebut bukan
sesuatu yang besar menurut kita. Tapi kalau itu perintah, maka kita tak
boleh meremehkannya, karena ia menjadi bagian dari sarana menuju surga.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الْجَنَّةُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ
"Surga itu lebih dekat kepada salah seorang kalian daripada tali sandalnya, dan neraka juga demikian." (HR. al-Bukhari)
Ibnu Baththal rahimahullah berkata, "Di dalamnya (terdapat keterangan),
ketaatan mengantarkan kepada surga dan maksiat mendekatkan kepada
neraka. Ketaatan dan kemaksiatan terkadang dalam bentuk perkara yang
sangat mudah. (Dinukil dari Fath al-Baari, terhadap syarah hadits di
atas)
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits lain,
seseorang dimasukkan ke dalam surga karena satu kalimat yang tak terlalu
dianggap olehnya. Dan terkadang satu kalimat yang tak disadari juga
bisa menyebabkan seseorang masuk neraka, padahal perkataan itu dianggap
biasa saja. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ
يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى
لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya ada
seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak terlalu dia
pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu.
Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang
membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia
dilemparkan ke dalam jahannam." (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap
itu tidaklah mengapa (tidak berdosa), padahal karena ucapan itu dia
dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan.” (HR. Tirmidzi. Beliau
mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib)
Oleh karenanya,
seseorang tidak boleh meremehkan kebaikan sekecil apapun itu untuk ia
kerjakan. Dan juga tak boleh ia meremehkan keburukan sekecil apapun itu
untuk ia jauhi. Sebabnya, karena ia tidak tahu kebaikan mana yang
benar-benar dirahmati oleh Allah, juga keburukan mana yang benar-benar
membuat Allah murka kepadanya.
Terdapat beberapa hadits lain
yang menyebutkan beberapa amal ringan tapi menjadi sebab Allah
merahmatinya dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga sekecil apapun
amal yang sudah mampu kita tegakkan dan ada kesempatannya, kita tidak
meremehkannya.
Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadaku,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
"Janganlah sekali-kali kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau
bertemu saudaramu dengan wajah berseri (menyenangkan)." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
"Wahai wantia muslimah, janganlah seorang tetangga menganggap remeh
untuk berbagi dengan tetangganya walaupun itu kikil kaki kambing." (HR.
Muttafaq A'laih)
Syaih Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
menerangkan maksud hadits di atas dalam Syarah-nya terhadap Riyadhus
Shalihin milik Imam Nawawi, "Maka dalam hadits ini Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam menganjurkan untuk memberi hadiah kepada
tetanga walaupun sedikit. . . Seolah beliau bersabda: Janganlah engkau
meremehkan kebaikan walau itu hanya sedikit."
. . . sekecil apapun amal yang sudah mampu kita tegakkan dan ada kesempatannya, kita tidak meremehkannya. . .
Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang sangat kehausan dalam sebuah
perjalanan. Lalu ia mendapati sebuah sumur, ia turun ke dalamnya dan
minum. Kemudian ia keluar, tiba-tiba ia mendapatkan seekor anjing sangat
kehausan sampai menjilati tanah yang basah. Kemudian ia turun lagi ke
dalam sumur dan memenuhi terompahnya dengan air, lalu membawanya dengan
menggigitnya sehingga ia sampai di atas dan memberi minum anjing
tersebut. Atas amalnya itu Allah memujinya, mengampuni dosanya, dan
memasukkannya ke dalam surga. Mendengar penuturan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam tersebut para sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, apakah
kita juga mendapat pahala dalam berbuat baik kepada binatang?" Beliau
menjawab, "Dalam (berbuat baik) kepada setiap makhluk bernyawa itu ada
pahala." (Muttafaq 'Alaih)
Jika demikian besar pahala bagi yang
berbuat baik terhadap anjing, lalu bagaimana kalau itu terhadap sesama
manusia? Tentu pahalanya lebih besar. Maka jika Anda berbuat baik kepada
sesama manusia, maka pahalanya lebih besar dan lebih banyak. Oleh
karena itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Siapa yang
memberi minum seorang muslim yang kehausan, Allah akan memberikan minum
baginya dari Rakhiqul Makhtum (khamar murni yang dilak di surga).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Saya telah melihat seseorang
bersenang-senang di surga karena memotong sebuah pohon yang mengganggu
di jalanan kaum muslimin." (HR. Muslim) dalam riwayat lain, "Seseorang
melewati dahan pohon yang melintang di jalan, lalu ia berkata: Demi
Allah saya akan menyingkirkan dahan ini dari jalan supaya tidak
mengganggu kaum muslimin. Karena itu, ia dimasukkan ke surga."
Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Tidak ada
seorang muslim yang menanam satu tanaman kecuali yang dimakan termasuk
shadaqah, yang dicuri termasuk sedekah, dan tiada diambil oleh
seorangpun kecuali menjadi shadaqah baginya." (HR. Muslim)
Dalam riwayat yang lain, "Tiada seorang muslim yang menanam tanaman,
kemudian di makan oleh manusia, binatang, dan burung kecuali menjadi
sedekah baginya hingga hari kiamat."
Ini merupakan anjuran bagi
seorang muslim untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan supaya
tidak berat untuk melakukan kebaikan walaupun sedikit, seperti menanam
satu tanaman. Ini akan menjadi shadaqah jariyah baginya yang pahalanya
akan terus mengalir kepadanya saat ia sudah meninggal dunia.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan tentang amal-amal
kecil di mata manusia, tapi kemudian Allah memujinya, mengampuni
dosanya, serta merahmati pelakunya karena sebab amal kecil itu hingga ia
dimasukkan ke dalam surga. Sesungguhnya kita tidak tahu amal mana dari
amal-amal shalih kita yang dirahmati oleh Allah Ta'ala, boleh jadi amal
tersebut bukan yang dianggap besar oleh kebanyakan manusia. Karenanya,
jangan remehkan amal kebaikan sekecil apapun itu. Wallahu Ta'ala A'lam.
dari facebook Betapa kecilnya kita dihadapan Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar