Kisah Salahuddin Al-Ayyubi


(KISAH TELADAN SEORANG PRESIDEN YANG WARA’ DAN SEDERHANA)
Bahauddin bin Shaddad, penasehat utama Salahuddin telah menceritakan bahwa: “Salahuddin adalah orang yang gemar melaksanakan shalat berjamaah, Ketika sakit keras Ia memaksakan dirinya untuk pergi ke masjid shalat di belakang imam. Sebab Shalat adalah ibadah yang paling utama yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Ia senantiasa mengerjakan shalat sunnah tengah malam. Jika ada halangan yang menyebabkan ia tidak dapat shalat malam, ia menunaikannya ketika hampir subuh. Ia tidak pernah meninggalkan shalat fardhu, ia tidak pernah membayar zakat karena ia tidak mempunyai harta yang cukup satu nisab. Ia sangat murah hati dan akan menyedekahkan apa yang ada padanya kepada fakir miskin dan anak yatim, dan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Sampai ketika wafatnya ia hanya memiliki satu dinar dan 47 dirham, tidak meninggalkan rumah-rumah, barang-barang, tanah, kebun, dan harta-harta yang lainnya. Bahkan harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk ongkos pengebumiannya, keluarganya terpaksa meminjam uang untuk menanggung ongkos pengebumiannya, bahkan kain kafannyapun diberikan oleh seorang menterinya.
Salahuddin tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan kecuali hanya sekali ketika dinasehati oleh Qadhi Fadhil, dan ketika sakitnyapun ia tetap berpuasa sehingga dokter menasehatinya degan keras supaya berbuka. Lalu ia berbuka dengan hati yang berat sambil berkata, “aku tak tahu kapan ajal akan menjemputku”. Maka ia segera membayar fidyah. Ia sangat gemar mendengar bacaan Al-Qur’an, dalam medan pertempuran ia sering kali duduk mendengar bacaan Al-Qur’an yang dibaca para prajurit yang dilawatnya dengan sepenuh hati dan perhatian sehingga air matanya membasahi dagunya. Ia juga gemar mendengar bacaan Hadis Rasulullah saw. Ia akan memerintahkan orang-orang yang bersamanya duduk apabila Hadis dibacakan. Apabila ulama Hadis datang ia akan pergi untuk mendengar kuliahnya. Kadang-kadang ia sendiri membacakan  Hadis dengan mata yang berlinang, dalam peperangan kadang-kadang ia berhenti di antara musuh-musuh yang datang untuk mendengarkan Hadis-hadis yang dibacakan kepadanya. Salahuddin sangat yakin  dan percaya akan pertolongan Allah swt. Ia selalu menyandarkan segala harapannya kepada Allah swt. terutama ketika dalam kesusahan. Pada suatu ketika ia berada di Jerussalem yang seolah-olah ia tidak dapat bertahan lagi dari kepungan tentara sekutu Kristiani, akan tetapi ia tetap enggan untuk meninggalkan kota Suci tersebut. Pada malam tersebut adalah malam Jum’at musim sejuk, ia menghabiskan masa malam itu dengan bersembahyang dan munajat.
Salahuddin adalah seorang muslim yang taat kepada Allah, sangat peka kepada keadilan, pemurah, lemah lembut, sabar dan tekun, ia memberikan waktunya dua hari dalam seminggu untuk rakyatnya, yaitu hari senin dan selasa. Ia didampingi oleh para pembesar negara, ulama dan Qadhi, semua rakyatnya boleh berjumpa dengannya. Jika ada orang yang mengadu ia akan mendengarkan dengan teliti dan kemudian memberikan keputusannya. Suatu hari datang seorang lelaki  mengadukan kasusnya berkenaan dengan Taqiuddin (anak saudaranya Salahuddin), langsung saja ia memanggil taqiuddin dan meminta penjelasan darinya. Setiap orang yang datang kepadanya selalu diberi hadiah berupa sehelai jubah dan beberapa hadiah yang lain.
Salahuddin adalah pemimpin yang sangat pemurah dan baik hati. Kadang-kadang  daerah yang baru di taklukkannya pun diberikan kepada pengikutnya, suatu ketika ia telah berhasil menaklukkan Bandar ‘Amad lalu datang seorang perwira tentara (Qurrah Arslan) menyatakan keinginannya untuk memerintah Bandar itu, dengan senang hati Salahuddin membeikannya. Bahkan ia sering kali menjual hartanya untuk membeli hadiah. Melihat betapa pemurahnya Salahuddin, bendaharanya selalu merahasiakan uang simpanan untuk digunakan pada waktu kesulitan. Sebab jika Salahuddin tahu, Salahuddin akan menyedekahkan semua kas negara sampai habis. Salahuddin pernah mengatakan bahwa;” bagiku uang dan debu sama saja”. Salahuddin tidak pernah membiarkan para tamunya pulang tanpa hadiah atau penghargaan darinya, walaupun tamunya seorang kafir. Raja Saida pernah melawat Salahuddin dan Ia menyambutnya dengan tangan terbuka dan melayaninya dengan hormat dan mengambil kesempatan untuk menerangkan tentang ajaran Islam keapada raja Saida. Bahkan Salahuddin senantiasa mengirim hadiah dan buah-buahan kepada Ricard the Lion, musuh besarnya, ketika Raja Inggris itu sakit.
Salahuddin hatinya memang sangat lembut sehingga ia sangat mudah terharu apabila melihat orang dalam kesusahan dan kesedihan. Suatu hari seorang perempuan Kristiani datang mengadu kehilangan bayinya. Perempuan itu menangis dan meraung didepan Salahuddin sambil menceritakan bayinya di curi dari kemahnya. Lalu hati salahuddin tersentuh mendengar cerita pempuan itu dan iapun turut menangis. Ia segera memerintahkan pegawai-pegawainya mencari bayi itu di pasar-pasar hamba sahaya. Tidak lama kemudian bayi itu telah dapat dibawa kembali . dengan rasa gembira perempuan tersebut mendoakan kesejahteraan salahuddin. Salahuddin juga sangat kasihan kepada anak-anak yatim, bila ia berjumpa dengan anak-anak yatim ia akan mengurusnya supaya ada orang yang menjadi penjaga anak itu. Kadang-kadang ia sendiri yang akan menjaga dan membesarkan anak yatim yang ditemuinya. Ia juga sangat kasihan melihat orang yang sudah tua atau kurang mampu, ia akan memberikan fasilitas yang kusus apabila bertemu dengan orang yang demikian itu.
Inilah kisah seorang presiden yang taat kepada Allah swt. ahli agama, ahli strategi dalam medan perang, bijaksana, adil, tidak membedakan antara pejabat dan rakyat jelata semua dianggap sama, hidupnya penuh dengan kesederhanaan, dan sangat dermawan kepada siapa saja. Kapankah kita akan mendapatkan seorang pemimpin seperti Salahuddin al-Ayyubi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar